Rahasia Bertemunya Dua Laut Yang Berbeda Jenis


Umumnya dari kita mencari jalan menuju Tuhan dengan membawa kriteria kita sendiri. Seorang mursyid haruslah berwajah cerah, berseri, tampak simpatik, dan sebagainya. Kita membawa waham kita sendiri dalam mencari pembimbing. Mungkin penampilannya berjubah dan berjanggut, atau apapun lah, yang biasa kita asosiasikan dengan penampilan seorang 'soleh'.
Sahabat, jika sekarang, misalkan di pasar dekat rumah kita, ada seorang yang penuh penyakit kulit. Penampilannya menjijikkan. Kemana-mana dirubungi lalat dan belatung. Ia tinggal di gubuk sebagai seorang gelandangan. Jika ia mengatakan bahwa ia membawa risalah Allah, maukah kita mengikutinya? Mungkin tidak, karena penampilannya sangat jauh dari 'soleh'.
Jika tetangga kita sekarang, di RT sebelah misalkan, seorang yang dikucilkan oleh masyarakat. Di atap rumahnya membangun perahu, dan setiap hari kerjanya berteriak-teriak bahwa 6 bulan lagi akan banjir. Setiap hari ia menjadi bahan ejekan masyarakat dan tetangga anda. Akankah kita mengikutinya? Atau ikut menertawakan?
Jika di negara kita ada seorang panglima berusia 20-an tahun, yang mengatakan bahwa dia membawa perintah Tuhan untuk menyebarkan risalahnya, sementara dia senantiasa memimpin pasukannya ke negara tetangga dengan membantai, menyiksa, atau mengampuni dan memaafkan, benar-benar sesuka hatinya. Akankah kita mengikutinya?
Seorang tua yang hidup di tepian
Seorang anak muda pendiam, bergaul seperlunya saja, tidak suka 'kumpul-kumpul'. Kerjanya merenung. Alim, tapi pendiam. Sering pergi memencilkan diri ke pinggir
Seorang berpenampilan gelandangan, pakaiannya lusuh dan kotor. Pekerjaannya tak jelas. Sering terlihat di pasar. Hanya kadang ia membantu membersihkan mesjid supaya boleh tidur di dalamnya. Maukah anda mengangkatnya sebagai pembimbing spiritual?
Seorang muda tampan, berpenampilan soleh, bersih dan alim, sangat ukhrawi, miskinnya luar biasa, hartanya hanya cangkir dan pakaian yang melekat di tubuhnya. Tapi ia amat sangat dekat dengan seorang pelacur dan selalu membelanya mati-matian dari cemoohan masyarakat. Percayakah anda padanya, jika dia mengatakan bahwa ia adalah seorang nabi?
*******
Tahukah anda, bahwa kakek berpenyakit kulit, bau dan penuh belatung yang hidup di pinggir pasar tadi seperti Nabi Ayyub as pada zamannya? Tetangga yang membangun perahu di atap rumahnya, ditertawakan dan dibodoh-bodohi masyarakat, posisinya adalah seperti Nuh as pada zamannya dahulu.
Panglima 20-an tahun yang sesuka hatinya membantai atau menyiksa, juga mengampuni dan memaafkan, adalah Iskandar Zulqarnayn, seorang yang menyebarkan kebenaran di sepanjang
"..Hai Dzulqarnayn, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka."
Orang tua miskin di gurun adalah Syu'aib as, mursyid dari salah satu nabi terbesar, Musa as, nabi agama Yahudi, Nasrani, dan Islam. Anak muda antisosial, yang pendiam dan kaya mendadak karena menikahi janda tua yang kaya kemudian mengaku bertemu malaikat, adalah Rasulullah SAW, mursyid agung tertinggi yang pernah ada.
Gelandangan bau dan kotor, yang hanya membawa-bawa seruling dan 'nongkrong' di pasar, adalah Shamsuddin Tabriz, mursyid dari wali besar Jalaluddin Rumi.
Anak muda soleh dan tampan, sangat ukhrawi yang dekat dengan seorang pelacur adalah Nabi Isa as, dan pelacur itu adalah Maria Magdalena.
Coba posisikan diri kita sebagai masyarakat yang ada pada zaman mereka. Mampukah kita melihat kebenaran yang mereka bawa? Percayakah kita, jika kita hidup di zaman itu, bahwa mereka adalah para kekasih Allah, yang bisa menunjukkan pada kita ruas jalan taubat? Akankah kita mengikuti mereka?
Siapakah kita, yang berani menentukan kriteria kekasih Allah? Dia berhak menyukai siapa saja, sesuka-Nya. Mengatur para kekasihNya berpenampilan seperti kehendakNya. Kenapa kita berani mengatur, apalagi dengan standar yang kita buat sendiri, bahwa seorang kekasih Allah pastilah berseri-seri, ramah, selalu tersenyum? Berjubah, atau berjanggut? Pasti hidupnya berhasil secara duniawi maupun ukhrawi? Alangkah sombongnya kita.
Kita sendirilah yang menciptakan penghalang, filter yang kita 'bikin-bikin', sehingga justru menutup kita dari jalan kebenaran. Kita menciptakan 'waham kesolehan' sendiri. Waham, ilusi, yang justru dapat menjauhkan kita dari gerbang-Nya. Kita telah tertipu oleh 'standar jaminan mutu kesolehan' yang dibangun dunia ini.
Belum tentu seorang yang mampu menuntun kita menuju Allah, sesuai dengan kriteria yang kita buat sendiri. Belum tentu.
Memang ada para kekasihnya yang berpenampilan seperti yang kita golongkan sebagai 'yang baik-baik',
tapi ada pula yang sama sekali tidak demikian.
Mereka disamarkan-Nya (tasyrif) karena dilindungi Allah. Dilindungi dari para peminta berkah, dari orang-orang yang sedikit sedikit meminta tolong dan bantuan, minta dagangannya laku, minta didoakan supaya dapat jodoh, minta sakitnya disembuhkan, diobati saudaranya yang kesurupan, konsultasi posisi politik, dan segala permintaan tetek bengek lain yang sifatnya 'menghilangkan derita' saja, bukan minta dibimbing menuju Allah. Bukan minta diajarkan bertaubat.
Jika semua dibuka dengan mudahnya, bayangkan berapa orang yang datang mengantri setiap saat dengan tujuan tak jelas? Tanpa biaya pula.
Allah pun, dari 99 namanya, terbagi menjadi dua jenis. Yang 'Jamal', yang 'ramah', yang indah, yang enak kedengarannya.
Contohnya adalah Maha Penyayang, Maha pengampun, Maha sabar, dan semacamnya. Tapi Dia juga memiliki nama-nama yang 'jalal', yang 'agung', yang keras, yang 'menyeramkan' dalam sudut pandang kita, seperti Maha Pedih Siksanya, Yang Maha Membalas, Yang Maha Keras, Yang Maha Mengalahkan, Yang Maha Menghinakan, Yang Maha Memaksa, dan sebagainya.
Setiap makhluk membawa potensi kombinasi dari 99 nama-namaNya, termasuk pula para kekasih-Nya. Mengapa kita melabelkan pada diri kita sendiri bahwa 'Kekasih Allah pastilah ramah, enak, baik, wangi, bersih, bla-bla-bla?'
Perhatikan Qur'an 25:20,
"Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh-sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar."
Seharusnya ini cukup.
Sedangkan manusia terkadang sombong, merasa perlu malaikat atau mu'jizat untuk meyakinkan dirinya. Mereka menolak rasul yang 'wajar'. Inginnya yang 'malaikati' atau 'mukjizati'. Padahal jika dia tidak mengikuti pun, kemuliaan Allah sama sekali tidak akan berkurang. Allah tidak rugi apapun.
Pada QS 25:7,
"Dan mereka berkata, 'Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?"
Pada hadits Muslim 1972 (8: 154):
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda, "Banyak sekali orang yang kelihatannya compang-camping (hina di mata masyarakat), tidak diperkenankan memasuki pintu seseorang, tetapi kalau dia berdoa kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan doanya." (H. R. Muslim)
*******
Ciri utama dari seorang yang harus anda ikuti bukanlah senyumnya, wajahnya yang bersih, dan sebagainya. Mantan presiden kita yang dulu pun wajahnya bersih dan penuh senyum. Fir'aun pun sangat gagah dan tampan. Iblis pun, apakah akan datang ke kita selalu bertanduk, berpakaian api, membawa tombak trisula dan berekor panah? Dia tidak sebodoh itu. Jika penampilannya monoton dan tidak kreatif seperti itu, tentu saja kita akan dengan sangat mudah mengetahui bahwa dia adalah iblis, dan tidak untuk diikuti.
Syarat dan ciri utama seorang yang harus diikuti sudah dicantumkan dalam Qur'an, yaitu Q.S. 36:21,
"Dan ikutilah orang-orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah 'muhtaduun' "
Apakah 'Muhtaduun'? Muhtadun, asal katanya dari tsummahtada, yang berarti 'telah tetap menapak di atas petunjuk (dari Allah)'. Al-Muhtaduun adalah mereka yang sudah ditetapkan-Nya melangkah hanya di atas petunjuk-Nya saja.
Jadi, ciri pertama adalah, tidak pernah minta balasan apapun, baik pertolongan, status sosial, kerjasama manajemen, saling membantu, dan lain-lain. Dia yang bisa membantu kita, dan kita tidak bisa membantunya sama sekali. Dia sudah tidak membutuhkan apapun.
Yang kedua, orang itu sudah 'tetap di atas petunjuk'. Dia membimbing anda murni seratus persen berdasarkan petunjuk Allah yang datang ke qalbnya, bukan berdasarkan pendapat, teori pendidikan, EQ, AQ, Acceleration Learning, kebiasaan umum, budaya, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, coret juga orang yang belum mampu mendapat petunjuk Allah setiap saat di dalam qalb-nya.
Beberapa rambu Al-Qur'an yang perlu kita cermati juga:
"Kami tidak mengutus seorang Rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. (QS. 14:4)"
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut. (QS. 16:36)"
Perhatikanlah, bahwa pada dasarnya tiap-tiap ummat ada Rasulnya (penyampai risalah, pengajak menuju Allah). Dan, dengan bahasa kaumnya pula.
*******
Sahabat, banyak orang yang mengaku mursyid, merasa mursyid, atau dianggap mursyid. Tapi yang teramat sulit adalah mencari mursyid yang sesungguhnya, yang tugas kelahirannya memang sebagai seorang mursyid, seorang yang memang bermisi hidup sebagai mursyid dan telah dibekali Allah dengan Ruh Al-Quds sebagai legitimasi ilahiyah atas tugasnya.
Kita harus setiap saat memohon untuk diantarkannya ke 'seorang pemimpin yang dapat memberi petunjuk/wali mursyid',
sebagaimana QS 18: 17 menyebutkan,
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa yang disesatkanNya, maka kamu tak akan mendapatkan 'Waliyyan Mursyida' (seorang pemimpin yang dapat memberi petunjuk)."
Kita harus setiap saat memohon untuk ditunjuki-Nya kepada seorang 'Waliyyan Mursyida' ini.
Namun demikian, banyak orang yang ingin bertemu mereka, tapi setelah bertemu mereka justru berbondong-bondong berlari meninggalkannya. Kenapa? Karena bersama seorang mursyid memang tidak mudah.
Dia akan memotong semua jalur-jalur perbudakan syahwat dan hawa nafsu pada diri kita. Dia akan mengajari dan memaksa kita untuk berani mengenal, mempelajari dan menguasai semua jenis hawa nasfu dan syahwat yang ada dalam diri kita sendiri. Dia akan memaksa kita untuk murni bergantung pada Allah, bahkan bukan bergantung pada dirinya sebagai mursyid. Itu adalah tugasnya.
Karena dengan terkuasainya seluruh balatentara syahwat dan hawa nafsu kita, maka kalbu kita akan semakin bening, dan kita pun pada akhirnya akan mampu mendapatkan petunjuk dari qalb kita sendiri.
Memang dia akan menolong kita jika 'terjepit' dalam kehidupan, menjelaskan persoalan dengan gamblang, tapi bukan berarti memanjakan terus menerus. Dia tidak akan mendidik kita untuk menjadi orang yang tidak mau menghadapi persoalan, sedikit-sedikit menangis minta tolong pada mursyidnya.
Dia akan memaksa kita untuk berani menghadapi persoalan, karena dengan demikian kita akan mengenal segala kekurangan diri yang perlu diperbaiki, mengenal dan menyempurnakan kelebihan diri yang ada, menghadapi semua hawa nafsu dan syahwat (misalnya: rasa takut, cemas, inferior, bangga, sombong, iri, minder, tidak percaya diri, dan sebagainya) demi untuk mengenal segala aspek dalam diri kita sendiri ('arafa nafsahu), supaya kelak kita bisa mengenal Rabb kita ('arafa rabbahu).
Maka dari itu, bermursyid bukan seperti datang ke pengajian sekali seminggu. Menghilangkan kepenatan dan kemumetan, mencari kesejukan sesaat, buka dan sekedar menghafal Al-Qur'an, setelah lega kembali ke kehidupan masing-masing. Bukan pula untuk berorganisasi, berharap dapat mengembangkan potensi diri demi karir di
Bermursyid itu, bukan pula seperti ke pasar. Ingin membeli pencerahan, ingin membeli keajaiban, ingin membeli maqom ataupun pencapaian spiritual. Tapi begitu malam tiba, semua pembeli pergi ke rumah masing-masing dan kembali kepada kenyamanan tempat tidurnya di rumah, lupa pada perjuangan penyucian diri.
Demikian pula, jangan bermursyid pada orang yang mengangkat kita sebagai murid karena kita memiliki 'potensi' manfaat untuk dirinya, bisnisnya, partai politiknya, maupun organisasinya.
Ini guru yang 'berbisnis', karena orang seperti ini, jika ia ingin susu maka ia akan mencari sapi untuk dipelihara.
Hubungan dengan mursyid itu tidak mudah, karena konsekuensinya adalah, setiap saat dimanapun kita berada, kita dituntut untuk bertaubat dan memperbaiki diri, sesuai Q.S. 5:39, bahwa Allah hanya menerima taubat dari orang-orang yang taubatnya dilanjutkan dengan memperbaiki dirinya.
"Dan barangsiapa bertaubat setelah melakukan kejahatan (menzalimi dirinya) dan kemudian memperbaiki dirinya, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." (Q.S. [5] : 39)
Sekali lagi, inilah rambu utama dari Al-Qur'an yang harus kita ikuti:
"Dan ikutilah orang-orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah 'muhtaduun' (orang yang tetap diatas petunjuk)" Q.S. 36:21.
FENOMENA DI DALAM KUBUR
Bagi orang-orang yang takwa, kuburnya diluaskan hingga 70 hasta dan diberikan cahaya. Rohnya dikelompokan bersama kelompok-kelompok roh yang baik, yakni ibarat burung yang digantung di atas pohon surga....
Manusia diciptakan Allah SWT atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmani berasal dari unsur tanah, sedangkan rohani langsung ditiupkan oleh Allah SWT sendiri. Hal ini sebagaimana ditandaskan dalam Al-Qur'an, surah Shad ayat 71-72, yang artinya: "Ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat; Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnaan, dan Kutiupkan kepadanya dari Rohku, maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya."
Bahwa jasad manusia berasal dari unsur tanah, berdasar penelitian para ahli, adalah benar adanya. Sebab setelah diteliti dengan seksama, kandungan unsur zat yang terkandung dalam tubuh manusia itu, sama adanya dengan yang terkandung pada segenggam tanah bumi yang subur. Zat-zat tersebut seperti: karbon, fasfor, besi, kapur, garam, magnesium, gula dan belerang.
Sedangkan kebenaran adanya roh yang menjadi motor penggerak aktivitas hidup manusia, seperti ditandaskan peneliti roh terkenal dari Universitas Canbrige, Prof. H.W. Mayers adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi. Dr. A. Saboe dalam bukunya yang berjudul Aku di Dunia dan di Akhirat, dengan gamblang menuliskan bahwan manusia bukanlah melihat dengan mata yang di kepalanya itu, melainkan adalah dengan rohaninya.
Hingga karena itulah orang-orang yang telah mati tidak bisa melihat lagi, walaupun bola matanya itu masih baik.
Dan, apabila antara rohani dan jasmani tersebut di kemudian hari terpisah, maka kematian, itulah namanya. Namun, sebagaimna yang telah ditandaskan dalam Al-Qur'an bahwa setelahnya manusia mendapati saat kematiannya itu, maka sebagai konsekwensi pertanggungjawaban atas segala amal perbuatan semasa di dunia yang dilakukannya itu, mereka pun akan menemui tahap perhitungan serta pembalasannya.
"Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya." (QS. Al-Mu'min:17).
Sebelum jasad manusia yang telah menemui kematiannya itu dikuburkan, menurut keterangan sejumlah ulama yang shahih, si rohnya yang telah diangkat kembali oleh Allah SWT, melalui perantara tangan malaikat-Nya itu, dijelaskan masihlah pula tetap bisa menangkap sekaligus merasakan perlakuan orang-orang yang bertakziah kepadanya.
Bahkan, si roh itu masih pula sempat bisa membalaskan salam bagi setiap orang yang datang menyalaminya. Hanya, karena keadaannya telah dipisahkan oleh raganya, maka tingkah polahnya itu tidak bisa diwujudkan oleh bagian-bagian tubuhnya.
Ibnu Taimiah berkata bahwa terdapat sejumlah hadits yang menjelaskan tentang mayat yang masih mengetahui keadan keluarga serta sahabat-sahabatnya yang masih berada di alam dunia ini, sebelum dirinya dikuburkan. Sehingga dia pun akan masih bisa merasakan kebahagiaannya, jika yang diucapkan oleh orang-orang yang melayatinya itu adalah tentang segala perbuatan kebaikannya. Serta sebaliknya, akan merasa bersedih jika yang dibicarakannyaitu tentang perbuatan buruknya.
Sementara itu, dalam Kitab Musnah Ahmad bin Hambal, ada penjelasan lain. Bahwa ketika mayat telah dikuburkan, lalu orang-orang yang mengantarkannya itu telah kembali pulang, maka si roh yang akhirnya telah dipersatukan kembali dengan jasadnya itu guna memenuhi peraturan Allah, mengalami pemeriksaan, maka untuk sesaat masih pula akan sempat mendengarkan suara-suara sandal (langkah kaki) dari para pengantarnya.
Sebuah riwayat hadits yang lain bahkan ada yang menjelaskan bahwa ketika seseorang menjalani kehidupannya di alam kubur, konon sejumlah orang dan tetangga yang sudah terlebih dahulu meninggal pun, malah kemudian banyak pula yang berdatangan menemuinya. Mereka biasanya akan mempertanyakan tentang kabar keberadaan saudara-saudaranya yang masih hidup di alam dunia. Hingga, apabila si mayat itu mengetahuinya, maka dia pun akan menjelaskannya.
HISAB
Sebagaimana banyak dijelaskan, bahwa kematian itu bukanlah akhir daripada kehidupan seseorang di alam dunia ini. Melainkan, dia merupakan sebuah tahapan guna sampainya perjalanan kehidupan seseorang ke fase alam yang paling akhir, yakni fase akhirat.
Setelah melewati fase kematian tersebut, maka sesungguhnya kita pun telah memasuki fase-fase awal bagi diperiksanya segala macam jenis amalan yang sempat dilakukan semasa hidup di dunia.
Bahkan, pada fase ini sesungguhnya setiap orang pun akan langsung bisa mengetahui gambaran kehidupan yang bagaimana, yang nantinya akan mereka rasakan pada saatnya sampai ke fase kehidupan alam paling abadi tersebut.
Karena pada fase ini, semua hasil amalan semasa di dunia, akan mulai diperhitungkan.
Walaupun alam kubur masih dikelompokkan sebagai alam yang sementara, namun sesungguhnya segala kesempatan atau keleluasaan bagi kita, manusia, untuk beramal dan memupuk segala buah kebajikan untuk mendapatkan balasan kebahagiaan di alam akhirat, sama sekali telah ditutup. Jadi, jika boleh kita tandaskan di sini, Alam Kubur tidaklah lebih maknanya sebagai alam penantian belaka. Atau pintunya bagi kita sampai ke Alam Akhirat kelak. Sedang alamnya kebebasan untuk beramal dan menghimpun segala nilai kesalihan, tiada lain di Alam Dunia yang tengah kita jalani ini.
Dalam kaitan ini, kalangan Ulama Ahli Sunnah Waljama'ah pun sepakat bahwa bagi semua orang yang telah menemui saat kematiannya itu, maka akan mengalami fase pemeriksaan (hisab), baik si jasadnya itu sempat dimakamkan, ataupun tidak (seperti hancur karena dibakar, dimakan binatang buas, tercebur ke sungai hingga tidak ditemukan, dan lainnya), karena atas ke Maha Kuasaan Allah selaku Sang Pencipta, pada saatnya nanti, setiap ruh dan jasadnya yang telah terpisah tersebut pada akhirnya akan dipersatukannya kembali.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman, "Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja? Bukankah ia dulunya setetes air mani yang ditumpahkan. Kemudian menjadi segumpal darah, lalu Allah menghidupkan dan menyempurnakannya. Setelah itu Allah pun menjadikannya berpasangan, laki-laki dan perempuan. Maka, bukanlah sedemikian pula Allah berkuasa menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati?" (QS. Al-Qiyaamah:36-40)
Adapun gambaran tahapan penghisaban bagi seorang mayat yang dibangkitkan kembali di dalam kuburnya tersebut, sebagaimana dijelaskan Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya bahwa esungguhnya mayat jika diletakkan di dalam kubur, dia mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarkanya, ketika mereka berpaling pulang. Jika mayat itu mukmin, maka shalat berada di samping kepalanya, puasa sebelah kanannya, zakat sebelah kirinya, dan segala amal keutamaan di samping kedua kakinya.
Sehingga, jika dari salah satu arah tubuhnya itu didatangi para malaikat yang hendak menghisab, karenanya mereka pun tidak bisa untuk masuk.
Hingga, tatkala dikatakan oleh malaikat kepada si mayat, 'Duduklah!' Maka, si mayat pun duduk. Lalu, matahari dibayang-bayangkan kepadanya seakan yang hendak terbenam. Lantas diajukanlah pertanyaan lagi, "Orang ini pernah bersama kalian, bagaimana menurutmu dan apa kesaksianmu tentangnya?"
Dan dia pun menjawab, "Dia adalah Muhammad. Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah, dan pembaca kebenaran dari sisiNya!"
Maka pada akhirnya, disampaikanlah kepada si mayat itu, "Hai, inilah tempat tinggalmu yang telah disediakan Allah kepadamu." Hingga si mayat itupun merasa senang dan gembira. Kuburnya diluaskan hingga 70 hasta dan diberikan cahaya. Tubuhnya dikembalikan sebagaimana semula, serta rohnya dikelompokan bersama kelompok-kelompok roh yang baik, yakni ibarat burung yang digantung di atas pohon surga.
Sementara, bagi mayat yang kafir, dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW pun bersabda, "Kuburan mayat yang kafir disempitkan, sehingga tulang rusuknya pun hancur. Kehidupan semacam itu, sangatlah sengsara.."
Demikianlah sekilas tentang fenomena alam kubur. Allahualamu Bissawab
Doa Manis Seorang UWAIS AL-QARNI
Selasa, 11 Maret 08
Rabi’ bin Khutsaim berkata, "Aku pergi ke tempat Uwais al-Qarni, aku mendapati beliau sedang duduk setelah selesai menunaikan shalat Shubuh."
Aku berkata (pada diriku -pent), "Aku tidak akan mengganggunya dari bertasbih. Setelah masuk waktu Zhuhur, beliau mengerjakan shalat Zhuhur.
Dan begitu masuk waktu Ashar beliau shalat Ashar. Selesai shalat Ashar beliau duduk sambil berdzikir hingga tiba waktu Maghrib. Setelah shalat Maghrib
beliau menunggu waktu Isya’, kemudian shalat Isya’.
Selesai shalat Isya’ beliau mengerjakan shalat hingga menjelang Shubuh. Setelah shalat Shubuh beliau duduk dan tanpa sengaja tertidur.
Tiba-tiba saja beliau terbangun. Ketika itu aku mendengar dia berkata, Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari mata yang senang tidur,
dan perut yang tidak merasa kenyang."
DARI RUMAH UMMU SULAIM
Jumat, 16 Mei 08
Ummu Sulaim ar-Rumaisha` binti Milhan al-Anshariyah, bersuamikan Malik bin an-Nashr, dari suaminya ini Ummu Sulaim melahirkan Anas bin Malik.
Ummu Sulaim masuk Islam, dia mengajak Malik suaminya tetapi ajakannya ditolak, Malik marah karenanya, kemudian dia meninggalkan Ummu Sulaim dan
pergi ke Syam, di sanalah Malik menemui ajal.
Ummu Sulaim menjanda, karena kemuliaannya dan keluhurannya, tidak sedikit hati laki-laki yang berhasrat menikahinya, salah satunya adalah pemanah ulung
Abu Thalhah datang melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim menjawab, "Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidak pantas ditolak, sayang engkau kafir dan aku
seorang muslimah, aku tidak mungkin menikah denganmu." Abu Thalhah menjawab, "Bukan itu maksudmu
" Abu Thalhah menjawab, "Emas dan perak, kamu memilih orang yang beremas dan berperak lebih dariku" Ummu Sulaim berkata, "Aku tidak berharap emas dan perak, aku ingin Islam darimu. Jika kamu masuk Islam maka itulah maharku, aku tidak minta yang lain." Abu Thalhah menjawab, "Siapa yang menunjukkan Islam kepadaku?" Ummu Sulaim menjawab, "Rasulullah saw."
Berangkatlah Abu Thalhah menuju Rasulullah saw, pada saat itu beliau sedang duduk bersama para sahabat. Manakala beliau melihatnya beliau berkata,
"Abu Thalhah datang, terlihat cahaya Islam di kedua matanya." Abu Thalhah menyampaikan apa yang diucapkan oleh Ummu Sulaim. Seterusnya Abu Thalhah
menikahinya dengan maskawin keislamannya. Tsabit – Al-Bunani rawi kisah ini dari Anas – berkata, "Kami tidak mengetahui mahar yang lebih agung darinya.
Dia rela Islam sebagai maharnya."
Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim, seorang wanita yang bermata indah lagi sipit. Dari pernikahan ini Ummu Sulaim melahirkan seorang anak yang begitu
dicintai oleh ayahnya, Abu Thalhah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas berkata, anak laki-laki Abu Thalhah sakit, Abu Thalhah keluar dan anak tersebut wafat, ketika
Abu Thalhah pulang, dia bertanya, “"Bagaimana anakku?" Ummu Sulaim, ibu anak itu menjawab, "Wahai Abu Thalhah, sejak dia sakit dia tidak pernah
setenang seperti sekarang." Ummu Sulaim menyiapkan makan malam, Abu Thalhah menyantapnya, setelah itu Abu Thalhah menggauli istrinya, setelahnya
Ummu Sulaim berkata, “Kuburkanlah anak ini.” Di pagi hari Abu Thalhah datang kepada Nabi saw, beliau bertanya, “Apakah semalam kamu berhubungan?”
Abu Thalhah menjawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Maka Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki. Abu Thalhah berkata
kepadaku, “Bawalah adikmu ini kepada Nabi saw.” Sambil memberikan beberapa butir kurma. Nabi saw bertanya kepada Anas, “
Anas menjawab, “
menamakannya Abdullah.
Dalam sebuah riwayat al-Bukhari, Ibnu Uyainah berkata, seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku melihat sepuluh anak, semuanya hafal al-Qur`an.” Yakni anak
Abdullah bin Abu Thalhah.
Dalam riwayat Muslim, anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim wafat, Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya, “Jangan menyampaikan kepada Abu Thalhah, biarkan
aku sendiri yang berbicara.” Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim menghidangkan makan malam, Abu Thalhah makan dan minum, kemudian Ummu Sulaim berhias untuknya
sebaik-baiknya seperti yang dia lakukan sebelumnya, maka Abu Thalhah mendatanginya, setelah Abu Thalhah kenyang dan mendapatkan keinginannya, Ummu Sulaim
berkata, "Wahai Abu Thalhah, menurutmu seandainya ada suatu kaum yang meminjam sesuatu, lalu pemiliknya memintanya, apakah mereka berhak menahannya?"
Abu Thalhah menjawab, "Tidak." Ummu Sulaim berkata, "Memohonlah pahala kepada Allah dengan kematian anakmu."
Abu Thalhah marah dan berkata, "Kamu membiarkanku sampai aku terkotori oleh perbuatan ini kemudian kamu mengatakan tentang anakku?" Abu Thalhah mendatangi
Rasulullah saw dan menyampaikan apa yang terjadi. Rasulullah saw bersabda, "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua." Dia berkata, maka Ummu Sulaim
hamil.
Dia berkata, Rasulullah saw sedang dalam perjalanan, Abu Thalhah dengan Ummu Sulaim termasuk di dalam rombongan, Rasulullah saw sendiri pada saat pulang
ke Madinan dari suatu perjalanan beliau tidak pernah masuk
persalinan, akibatnya Abu Thalhah sibuk mengurusinya, padahal Rasulullah saw terus berjalan. Abu Thalhah berkata, “Ya Rabbi, Engkau mengetahui bahwa
aku menyukai berangkat bersama Rasulullah saw jika beliau berangkat dan pulang jika beliau pulang, padahal saat ini aku tertahan karena sesuatu yang telah
Engkau ketahui.” Ummu Sulaim berkata, “Wahai Abu Thalhah, apa yang aku rasakan telah hilang, kita berjalan.” Ummu Sulaim melahirkan pada saat tiba
di Madinah, bayinya laki-laki. Maka ibuku berkata kepadaku, “Wahai Anas, bawalah dia kepada Rasulullah saw sebelum dia disusui oleh seseorang.”
di pagi hari aku membawanya kepada Rasulullah saw … Dan dia menyebutkan hadits seperti sebelumnya.
Kisah ini mengandung beberapa keteladanan bagi keluarga muslim:
1- Tanggung jawab seorang istri muslimah dalam berdakwah kepada suami, hal ini terlihat dari ajakan Ummu Sulaim kepada suaminya yang pertama,
Malik bin Nashr, walaupun dia menolak dan dakwah Ummu Sulaim kepada Abu Thalhah agar masuk Islam, dan dia menerima.
Jangan dikira bahwa tanggung jawab berdakwah hanya ada di pundak suami muslim semata, tidak begitu, akan tetapi tanggung jawab ini juga ada di pundak
istri dalam kadar yang sepadan, inilah yang dipahami oleh Ummu Sulaim.
2- Hendaknya seorang muslimah tidak mementingkan harta benda di atas agama. Lihatlah Ummu Sulaim, dia menolak emas dan perak, meskipun dia mungkin
mendapatkannya, dia lebih mengedepankan agama di atas semua itu.
Berbeda dengan yang terlihat di zaman ini, kecenderungan para wanita bahkan bapak-bapak sebagai kepada suami yang tajir walaupun dia sama sekali tidak
memiliki perhatian kepada agamanya. Ini adalah sebuah kerugian bagi rumah tangga dan menjadi sebab problem rumit di antara suami istri di kemudian hari.
3- Meringankan mahar atas suami sehingga pernikahan membawa berkah, ini merupakan sebab penting dalam mengatasi problem perawan tua, di samping membuka
pintu pernikahan kepada para pemuda, dengan itu pintu-pintu perzinahan bisa di segel dan ditutup
4- Istri sebagai sumber ketenangan dan ketenteraman rumah dengan menyambut suami diiringi ucapan lembut dan mesra, memperhatikan urusan-urusannya,
tidak mengejutkannya dengan perkara yang terjadi di rumah yang bisa memicu kemarahan dan kesedihannya.
Suami pulang ke rumah untuk mengambil hak istirahat, jika istri menyambutnya dengan sodoran problem-problem rumah sementara dia dalam keadaan lelah,
tidak menutup kemungkinan dia akan bertindak tidak baik akibat dari kelelahan. Maka istri harus menjaga suami sehingga dia beristirahat terlebih dahulu,
setelah itu dia mulai menyampaikan problem rumah dengan cara yang diterima olehnya. Hal ini terlihat jelas dari sikap Ummu Sulaim setelah putranya
meninggal, dia menyambut suaminya dengan sangat baik dan meyakinkannya dengan cara yang diterima olehnya, bahkan dia sempat berhias dan memberikan
kenikmatan kepada suami. Baru setelah suami tenang, dia menyampaikan apa yang terjadi, walaupun Abu Thalhah sempat marah, akan tetapi tidak sebesar
jika apa yang terjadi disampaikan kepadanya tidak dalam kondisi tersebut.
5- Kesabaran istri muslimah terhadap musibah dan menerima dengan lapang dada, ini ditunjukkan oleh Ummu Sulaim sebagai bukti nyata kekuatan imannya,
walaupun yang wafat adalah jantung hatinya, dia tetap sabar dan karenanya Allah menggantikannya dengan seorang putra yang di kemudian hari memiliki
sepuluh anak laki-laki, para huffazh al-Qur`an.
Dalam hadits Ummu Salamah berkata, aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu dia berkata,
'Innalillahi wainna ilaihi raji'un ya Allah berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku dan berikan ganti kepadaku yang lebih baik baginya', kecuali
Allah memberinya ganti yang lebih baik."
Ummu Salamah berkata, "Manakala Abu Salamah wafat aku berkata, 'Siapakah yang lebih baik dari Abu Salamah, keluarga pertama yang hijrah kepada Allah.
Lalu aku mengucapkan doa di atas maka Allah memberiku gantinya yaitu Rasulullah saw." Diriwayatkan oleh Muslim. (Izzudin Karimi)
Allamah Syam, Muhammad Bahjah al-Baithar (Dari Keluarga Ekstrem Sufi Kepada Salafiyyah)
Muhammad Bahjah bin Muhammad Bahauddin al-Baithar adalah seorang ulama ahli fiqih, reformis, sastrawan, sejarawan dan orator. Ia dilahirkan di Damaskus dalam keluarga terpandang. Kakek dalam silsilah teratasnya berasal dari Aljazair.
Ayahnya seorang tuan guru di Damaskus, bahkan termasuk salah satu tuan guru kalangan ekstrem Sufi.
Syaikh ath-Thanthawi menuturkan, “Ia (Syaikh Bahjah) tumbuh di bawah asuhan ayahnya, menimba prinsip-prinsip ilmu agama dan bahasa darinya. Kemudian ia belajar kepada para ulama di zamannya seperti Jamaluddin al-Qasimi, Muhammad al-Khidhr Husain, Muhammad bin Badran al-Hasani, Muhammad Rasyid Ridha, dan lainnya. Ia sangat mengidolakan Syaikh Jamaluddin al-Qasimi.”
‘Ashim al-Baithar, putra Syaikh Bahjah berkata, “Ayahandaku nyantri dengan
Maha Suci Dzat Yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati. Beliau juga ikut andil dalam menyebarkan aqidah yang benar dan memegang sejumlah jabatan ilmiah.
Syaikh Bahjah al-Baithar terpilih sebagai ketua Perhimpunan Ulama, kemudian Ikatan Ualam di Damaskus. Ia mendapat tugas berceramah, menjadi iman dan mengajar di masjid raya (Jami’) al-Qa’ah, Maidan menggantikan ayahandanya. Kemudian mendapatkan tugas yang sama di Jami’ ad-Daqqaq di daerah yang sama. Hal itu ia geluti hingga akhir hayatnya.
Ia juga menjadi dosen terbang ke beberapa negara dan kawasan, di antaranya Syiria, Hijaz dan
Syaikh Bahjah pernah menjadi anggota al-Mujamma’ al-‘Ilmi al-‘Arabi (Lembaga Keilmuan Arab) dan menjadi redaktur majalahnya. Ia seorang orator yang piawai, mampu berceramah secara spontan.
Alhamdulillah, ia juga –setelah izin Allah- menjadi sebab banyak penuntut ilmu, kalangan intelektual dan para sastrawan mendapatkan hidayah kepada aqidah Islam yang benar. Di antaranya adalah sastrawan dan ulama terkenal, Syaikh Ali ath-Thanthawi.
Syaikh ath-Thanthawi dalam sejumlah wawancara mengatakan, “Aku menemukan apa yang aku dengar darinya berbenturan dengan semua latar belakangku. Dulu, aku berpegang kuat dengan aqidah kaum Asy’ari dan Maturidiah, yang di dalamnya, baik dari dekat atau jauh mengukuhkan tauhid berdasarkan filsafat Yunani. Dulu aku meyakini kaidah yang mereka lontarkan, bahwa jalan Salaf dalam tauhid sifat lebih selamat, namun jalan Khalaf lebih valid. Tetapi setelah Syaikh Bahjah datang, ia mengatakan, “Mazhab Salaflah yang lebih selamat dan lebih valid. Selain itu, dulu aku menghindari pendapat Ibn Taimiah, bahkan membencinya, lalu beliau datang mengagungkannya di hadapanku dan memintaku agar mencintainya. Dulu aku juga amat fanatik dengan mazhab Hanafi, lalu ia menginginkan agar aku melampaui batasan fanatik mazhab itu kepada kebergantungan dengan dalil, bukan berdasarkan apa yang ‘dikatakan.’ Aku akhirnya terpengaruh olehnya, lalu seiring dengan hari-hari yang berjalan, pendapatnya itu membuatku puas setelah terjadi puluhan majlis dan bergadang malam dalam perdebatan.” (Silahkan baca di buku, Rijal Min at-Tarikh karya Ali ath-Thanthawi, hal.414)
Dalam buku yang sama (hal.416), Syaikh Ali ath-Thanthawi –rahimahulullah- kemudian melanjutkan kisahnya, “Kontak saya dengan Syaikh Bahjah menyebabkan terjadinya problem antaraku dan para guruku, sebab kebanyakan tuan guru di Syam cenderung kepada paham Sufi dan menghindari Wahabiah. Mereka tidak mengenalnya dan tidak tahu bahwa di dunia ini tidak ada mazhab yang namanya ‘Wahabiah.’ Di sekitar kami, ada sekelompok orang yang dijuluki kaum Wahabi, salah seorang tokoh pentingnya adalah Syaikh Muhammad Bahjah al-Baithar sendiri.”
Karya-Karya Tulisnya
Syaikh Bahjah banyak meninggalkan karya tulis berharga, di antaranya:
1. Masa`il al-Imam Ahmad, Abu Daud (Ta’liq)
2. Asrar al-‘Arabiyyah karya al-Anbari (Tahqiq)
3. Qawa’id at-Tahdits Min Funun Mushthalah al-Hadits karya Muhammad Jamaluddind al-Qasimi (Tahqiq dan Ta’liq)
4. al-Islam Wa ash-Shahabah al-Kiram Baina as-Sunnah Wa asy-Syi’ah
5. Tafsir Surah Yusuf
6. Hayah Syaikh al-Islam Ibn Taimiah: Muhadharat Wa Maqalat Wa Dirasat
7. ar-Rihlah an-Najdiyyah al-Hijaziyyah: Shuwar Min Hayah al-Badiah
8. Hilyah al-Basyar Fi Tarikh al-Qarn ats-Tsalits ‘Asyar karya kakeknya, Abdurrazzaq al-Baithar (Tahqiq dan Taqdim)
9. al-Fadhl al-Mubin ‘
10. Beberapa ceramah dan hadits dengan judul ats-Tsaqafatan ash-Shafra’ Wa al-Baidha’
Wafatnya
Beliau wafat pada tanggal 1 Jumadil Akhirah 1369 di Damaskus.
Semoga Allah merahmati Syaikh Muhammad Bahjah al-Baithar. Beliau membawa panji dakwah Salafiyyah di Syam di saat Sufi marak dan fanatik mazhab fiqih demikian dominan.
Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang luas. (AH)
Allah Maha Menjamin Rezeki
Allah; Zat yang Mahapeka terhadap segala kebutuhan, lintasan hati, harapan,
dan keinginan hamba-hamba-Nya. Tidak ada yang luput dalam perhitungan Allah.
Pasti, Allah telah mengetahui semuanya. Hanya kepada Allahlah bertumpu segala harapan,
tempat bagi kita untuk menyempurnakan segala nikmat, menghapuskan seluruh dosa,
dan menyembunyikan setiap aib.
Saudaraku, coba kita pikirkan dan merenung; hanya Allahlah, satu-satunya Zat yang menciptakan lambung.
Maka itu, Allah sangat mengetahui kebutuhan lambung kita; kapan lapar (membutuhkan makanan).
Dialah Allah yang menciptakan rasa lelah, sehingga kita harus istirahat. Maka itu,
Allah menganugerahkan rasa kantuk kepada kita. Subhanallah.
Dialah Allah yang menciptakan tubuh kita mengeluarkan keringat dan bau-bauan, sehingga kita membutuhkan mandi.
Ini berarti, kita membutuhkan rezeki air. Rasanya, kalau kita tidak berkeringat dan bersih terus,
kita tidak akan butuh air untuk mandi.
Dialah Allah yang menciptakan suhu yang dingin sehingga kita membutuhkan rezeki berupa baju penghangat.
Dialah Allah yang menciptakan hujan deras dan teriknya matahari sehingga kita membutuhkan rezeki
berupa rumah untuk berteduh. Di dalam rumah kita bisa aman dari terpaan panas dan cengkeraman dingin.
Renungkanlah, hanya Allah yang menciptakan manusia dan paling mengetahui semua kebutuhan kita.
Oleh sebab itu pula, hanya Allahlah satu-satunya Zat yang mampu mencukupi kebutuhan kita,
karena Dialah yang tahu persis semua kebutuhan itu, lebih dari kita sendiri.
Hanya Allah jugalah yang membuka segala jalan hingga rezeki itu sampai kepada kita.
Sedangkan rezeki yang lebih mahal dari semua itu adalah rezeki berupa "makanan" untuk rohani kita.
Tidak cukup kita punya sandang, pangan, dan papan kalau hati kita tidak tenteram.
Tidak cukup kita punya rumah mewah kalau hati ini tidak tenang. Kita butuh rezeki untuk kalbu kita.
Kita butuh karunia Allah yang membuat kita bisa menikmati episode apa pun yang terjadi dalam hidup ini.
Kita butuh hidayah dan petunjuk jalan, agar jelas tujuan hidup ini.
Pernahkan terpikir oleh kita, jangan-jangan, kita melangkah setiap hari, tetapi tidak tahu tujuan hidup kita.
Sungguh disayangkan. Kita telah hidup sekian lama, akan tetapi kita tidak mengerti apa yang kita jalani selama ini.
Lucu, bukan?
Oleh sebab itu, kita butuh pembeda (furqan), antara hak dan batil. Kita butuh taufik yang membuat kita
bersemangat dalam beribadah, dan ikhlas dalam beramal. Kita butuh hikmah sehingga tersingkap rahasia di
balik setiap kejadian yang ada. Kita butuh ketenteraman dari hiruk-pikuk, dari terjadi atau tidak terjadi,
atau dari ada dan tiada. Kita butuh rezeki untuk memahami aneka kejadian yang terjadi. Apakah itu?
Rezeki berupa mantapnya keyakinan kepada Allah, supaya kita sadar bahwa semua ini milik Allah, bukan milik kita.
Sungguh, kita butuh rezeki berupa keyakinan seperti ini. Mengapa? Kalau kita sudah merasa dunia ini milik kita,
kita akan banyak takut kehilangan. Kalau kita merasa dunia ini milik seseorang, kita jadi takut tidak kebagian.
Kita butuh keyakinan bahwa segalanya milik Allah.
Semua ini lebih tinggi dari rezeki lahiriah. Apa artinya makanan enak kalau hati enek (mual)?
Apa artinya memiliki rumah yang luas, tapi hatinya sempit? Apa artinya diberi uang yang banyak tapi kalbunya
miskin? Apa artinya diberi penampilan yang indah tapi hatinya busuk? Kita membutuhkan kedua-duanya. Lalu,
siapa yang mampu memenuhi semua kebutuhan kita ini, selain Allah? Tidak ada, bukan?
Anehnya, saat masyarakat kita masih banyak berada di bawah garis kemiskinan, orang lebih sibuk menjadi pelit,
dan sulit bersedekah. Padahal, sungguh Allah akan membagikan rezeki kepada siapa pun yang Dia kehendaki,
tanpa batas. Artinya, kalau kita butuh rezeki, mintalah kepada Allah. Lihatlah bayi, ketika rasa lapar
menghampirinya, ia menangis, dan mendapat rezeki berupa air susu ibu (ASI).
Lain halnya ketika ia beranjak besar dan menjadi anak-anak, "Mama, lapar!."
"Ambil sendiri!" kata Ibunya.
Lho, kok sekarang tidak mempan lagi dengan rengekan, dan tangisan lagi seperti dulu? Mengapa?
Allah sudah memberinya ilmu, usia, kekuatan, dan pengalaman supaya dia bertemu dengan jatah rezekinya.
Pasti, semua makhluk yang Allah ciptakan sudah memiliki rezeki masing-masing.
Ah, Sahabat! Lihat saja rezeki seekor anak burung elang. Pagi-pagi, ibunya terbang mencari makanan untuk
dia dan anak-anaknya. Dengan ketajaman sorot matanya, sebentar saja terbang, sekelebat kemudian menukik,
ia menyergap seekor ulat di dahan pohon. Kemudian, ia kembali terbang menuju sarang, menemui anaknya yang
memang belum bisa terbang. Maka, bertemulah si anak elang ini dengan rezekinya berupa seekor ulat.
Contoh lainnya, jika kita mengamati rezeki semut. Silakan sembunyikan sepotong kue di dalam laci terkunci,
yang tidak diketahui oleh ayah, ibu, dan adik. Jangan kaget kalau tiba-tiba semut mengerumuni kue itu.
Mengapa semut bisa tahu letak kue itu? Allahlah yang memberi tahu, melalui syaraf penciumannya yang memang
begitu tajam.
Dikisahkan, pada suatu ketika ada seorang ulama yang ingin membuktikan,
"Benar tidak sih Allah itu Maha Menjamin Rezeki dan Maha Mencukupi segala kebutuhan?"
"Ya Allah bukan diri ini tidak yakin kepada-Mu, tapi ya Allah saya ingin tahu bagaimana
Engkau menjamin rezeki hamba-hamba-Nya. Saya yakin kepadamu, tapi kalau Engkau tunjukkan jaminan-Mu,
saya akan lebih yakin lagi kepada-Mu. Sungguh, saya tidak niat meragukan-Mu. Saya akan pergi ke hutan,
dan saya ingin membuktikan apakah Engkau masih menjamin rezeki saya di belantara hutan
" gumamnya di dalam hati.
Dia lalu berjalan menyusuri belantara hutan, ketika telah ada di tengah hutan,
ia merasa haus dan perutnya terasa lapar. Ia lalu menahannya. Tidak dikira,
jauh di rerimbunan pohon dan semak-semak, terlihat ada sekelompok pendaki gunung yang kalau tidak menghindar,
pasti berpapasan dengannya. Bersembunyilah ia ke semak-semak. Baru saja masuk semak-semak,
hujan turun dengan derasnya sehingga memaksanya untuk masuk lari ke gua yang tepat ada di bawah tebing,
di samping tempat persembunyiannya. Larilah si ulama ini ke
perlindungannya ke gua yang sama.
"Wah, gawat nih, kalau begini harus pura-pura pingsan," bisik si ulama.
Maka, pura-pura pingsanlah si ulama itu.
"Wah ada orang pingsan, nih."
dengan sigap mereka siap-siap memberikan pertolongan.
"Jangan-jangan dia kelaparan, coba periksa mulut dan perutnya".
"Kalau begitu, saya akan menutup mulut," bisiknya dalam hati. Maka, dengan sekuat tenaga si ulama ini berusaha mengatupkan mulutnya.
"Iya nih, mulutnya sampai susah dibuka, mari kita coba buka paksa. Siapkan air dan makanan untuknya,
" kata para pendaki itu. Maka, dipaksalah si ulama itu untuk bisa minum beberapa teguk air dan mengunyah beberapa potong roti.
Allahu Akbar. Sungguh, terlalu bodoh kalau kita ini tidak yakin dengan jaminan Allah.
Nah, sahabat. Adapun jika ingin terjamin rezeki, Allah telah menjanjikannya. "Wamayyatawakkallah fahua hasbu". [Q.S. At Thalaq (65):3].
Barang siapa yang hatinya bulat, tanpa celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun. Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah,
akan dicukupi segala kebutuhannya. Subhanallah. Maka, beruntunglah bagi siapa pun yang bersungguh-sungguh dan tujuan hidupnya hanya kepada Allah.
Hanya Allahlah tujuan dari segalanya. Hanya Allahlah penjamin rezeki setiap hamba-Nya.
Makhluk Hanyalah Jalan Ketetapan-Nya
Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar
Betapa sesungguhnya segala-galanya hanya datang dari Allah SWT. Segala nikmat dan segala apa yang datangnya dari Allah yang menciptakannya. Sedangkan makhluk hanyalah sekedar jalan sampainya nikmat dan jalan sampainya musibah.
Walhasil akan jadi sengsara dan berat bagi siapa pun ketika telah terlalu banyak berharap dan terlalu banyak takut kepada makhluk. Padahal setiap makhluk, laa haula walaa kuwata illa billah tiada berdaya kecuali diberi kekuatan oleh Allah SWT.
Makhluk tidak akan memberi nikmat apapun tanpa ijin Allah. Andai pun, misalnya, bergabung seluruh jin dan manusia di muka bumi ini dengan seribu janji disampaikan, tapi jikalau tanpa ijin Allah, tidak akan pernah terjadi apapun dan tidak akan pernah datang apapun kepada kita.
Allah SWT berfirman, "Dan tuhanku, yang Dia memberi makan dan Dia memberi minum, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku dan yang mematikan aku. Kemudian akan menghidupkan aku kembali". (Q.S Asy-Syura [26]: 79-81).
Ayat ini menyiratkan bahwa hanya Allah lah yang memberi rizki, yang memberi kesehatan dan yang memberi segalanya. Setiap makhluk termasuk kita ini memang Allah lah yang menjamin segala kebutuhannya. Tugas kita sebagai manusia adalah menjemput makanan yang Allah jaminkan itu dengan cara terbaik sehingga ikhtiar mencari rizki baginya menjadi acara amal shaleh, acara ibadah dan acara yang penuh makna.
Kita harus ikhtiar menjemput makanan kita dengan cara terbaik, maka ikhtiar itulah yang menjadi amal shaleh. Kalau proses makannya disesuaikan dengan sunnah Rasulullah saw, menceduk dengan tangan kanan, sambil duduk, mengambil yang paling dekat dulu, yang sebelah pinggir dulu atau etika-etika lain yang dicontohkan Rasulullah SAW. Insya Allah jadi amal kebaikan, jadi suatu yang bernilai, tidak asal makan saja. Allah yang memberi makan kepada kita, tapi apakah acara makan ini menjadi suatu kemuliaan, jadi acara yang bernilai, jadi acara yang bermakna, tergantung dari niat dan cara yang kita lakukan.
Ah, sahabat. Tidak cukup hanya ingin makan saja. Yang lebih penting adalah memperbaiki niat dan memperbaiki cara, supaya acara mencari makan ini, menjadi sebuah amal shaleh. Setiap orang sudah ada jatah rizkinya, semua pasti dapat makan, insya Allah. Kita hanya akan berhenti makna kalau kita sudah mati.
Bagaimana dengan orang yang kelaparan? Sebetulnya orang yang meniggal karena kelaparan dengan yang meniggal bukan karena kelaparan, lebih banyak yang meniggal bukan karena kelaparan. Artinya apa? Sebenarnya bukan karena kelaparan itulah yang menyebabkan meninggal, kelaparan hanya salah satu jalan berakhirnya hidup seseorang. Sama sebagaimana sebab meninggal yang lain. Seperti penyakit, tabrakan, atau hal lainnya, yang bisa membuat hidup seseorang berakhir.
Tapi kalau dalam ketiadaan makanan itu orang tetap ikhtiar dengan baik tetap berjuang dengan sungguh-sungguh, serta berbaik sangka pada Allah, maka dia tidak rugi tuh walau meninggal karena kelaparan. Masih kekenyangan sebenarnya jauh lebih rugi dalam pandangan Allah, jikalau ketika makan tidak ingat pada Allah dan tidak ingat padahalal haram. Musibah itu bukan karena mati kelaparan, meniggal su'ul khatimah (jelek di akhir hayat) itulah yang jadi musibah.
Tidak usah khawatir tidak makan, tidak usah takut anak-anak kita tidak makan, tapi takutlah anak-anak kita makan tidak kenal halal haram, tidak mengenal basmalah, tidak mengenal hamdalah, inilah yang harus ditakuti para orang tua. Wallahu a'lam bis shawab.
Rizki Silaturrahmi
Agama mengajarkan, kalau ingin luas rizkinya, perbanyak silaturahmi. Terispirasi dengan pesan agama tersebut,
saya mencoba mengambil pelajaran dari memperbanyak silaturakmi. Khususnya kasus perjalanan ke
Pada tanggal 08 April 2008 pukul 08.00 WIB kami meluncur dari
Seperti biasa, kemanapun pergi, speda selalu menemani. Perjalanan ke Jogja mendapat tempat duduk bersebelahan dengan
seorang pedagang kerajinan yang dibuat di Jogja kemudian disebar ke
Tidak besar memang bisnisnya, tapi sudah bisa mencukupi keluarga, walaupun seadanya. Selama perjalanan menuju jogja,
separuh waktu saya gunakan untuk nongkrong di resotrasi, tujuannya agar banyak kenal dengan temen-temen kereta yang
mengelola restorasi sambil mengecas hp yang sudah kehausan minta makan listrik. Salah satu Rizki yang didapat adalah
ketika bepergian jangan hanya diam, cari kenalan sebab disitu banyak ilmu lapangan yang tidak diajarkan di buku dan perkuliahan.
Alhamdulillah kereta tidak terlambat, sampai
kami dijemput saudara yang kebetulan ada titipan oleh-oleh dari
kemudian menjadi suervisor perkebunan kelapa sawit di Irian jaya kemudian pindah ke
Akhirnya mengundurkan diri sebab tidak nyaman dengan suasana perkembangan reformasi dan otonomi daerah yang mulai kebablasan pada saat itu.
Kemudian memilih menetap kembali ke
untuk produk telpun seluler tertentu. Salah satu rizki yang didapat adalah kita memang tidak boleh terjebak pada jurusan ketika dulu kuliah,
sebab ahlinya tidak harus jurusannya, masih banyak potensi berkeliaran dalam diri kita.
Pukul 16.00 WIB, sesuai dengan janji, saya dijemput pesepeda dari Jogja, setelah sepeda dirakit, kami berdua langsung bersepeda melewati Maliboro,
Alun-alun keraton, Taman Sari dan akhirnya menuju Pakualam, untk menikmati lesehan “Nasi Kucing”, yang harganya hanya seribu rupiah. Nasi kucing,
hanya sebuah istilah, bukan berarti nasi dengan daging kucing. Kami berdua, habis Rp. 11. 000,- yang terdiri dari dua bungkus nasi kucing, Susu Jahe,
ketan bakar, tahu bacem,
Salah satu rizki yang didapat adalah kita tidak boleh banyak alasan untuk tidak bisa hidup dan menuntut ilmu, sebab masih banyak makanan murah dan
bergizi untuk menguatkan otot-otot fisik dan pikiran agar kita tetap berani menghadapi hidup.
Pukul 19.00 WIB kami pergi ke temat pesta pernikahan, berjumpa dengan banyak teman yang sekitar 14 tahun tidak ketemu. Kami berpisah, ketika sebagian
besar mereka masih SMA, dan sekarang sudah banyak yang jadi direktur, dosen S-2 di perguruan tinggi terkenal di Jogja dan sebagaian kecil yang masih
menganggur, rata-rata mereka sudah punya anak dua. Salah satu rizki yang didapat adalah banyak diantara mereka dulu lulus dengan nilai ketika di SMA
sangat biasa-biasa saja, bahkan sedikit kurang, dan itupun karena dibantu dengan tambahan tugas. Sekarang banyak yang sukses, mungkin kebanyakan mereka
sangat lulus dalam universitas kehidupan.
Pada tanggal 09 April 2008 mulai pukul 05.15 WIB kami menikmati suasana
seseorang yang punya kios di Malioboro dari hasil rekomendasi temen-temen di B2W Jogja. Kami berdua menuju dekat pasar Kaliurang hanya berdua melalui
perkebunan penduduk dan sawah-sawah. Setelah sampai ditempat istirahat, yaitu warung tempat pesepeda berkumul, kami bertemu dengan tiga orang pesepeda.
Akhirnya kami diantar mereka bertiga untuk menuju Kaliurang atas, sedangkan temen saya yang punya kios di Malioboro tidak ikut, sebab harus membuka kiosnya.
Pukul 13.30 WIB kami sudah sampai
Rizki yang didapat adalah bersepeda dihari kerja kita akan bertemu dengan pengusaha. Saya bertemu pengusaha kios kaki
pengusaha pemasangan atap, dan surviyor. Dan alhamdulillah, saya belanja pakaian batik untuk oleh-oleh keluarga tidak harus pusing-pusing menawar,
sebab mereka sahabat baru ketika sama-sama bersepeda di ke Kaliurang.
Pada tanggal 09 April pukul 19.30 WIB, saya sudah sampai staiun Jogja, sebab kereta berangkat pukul 20.30 WIB, tapi rupanya kereta berangkat
pukul 20.30 WIB baru dari Solo, bukan dari
Pukul 21.30 WIB kereta Lodaya dari Solo sudah datang. Alhamdulillah dikereta kami bersebelahan dengan mahasiswi dari
Selama perjalanan kami ngobrol apa saja. Setelah lelah ngobrol apa saja, saya menyelesaikan janji diri yaitu menghabiskan Novel Laskar Pelangi
karangan Andrea Hirata yang lagi terkenal itu. Sahabat mahasiswi ini, saya beri pijam majalah Marketing edisi No. 04/VIII/April/2008 yang membahas tentang
“Top Female Marketers”yang saya beli ketika masih di Bandung. Rizki yang didapat selama perjalanan pulang ke
cerdas dan luas wawasannya, rupanya saya agak kenal juga dengan Bapaknya. Disamping itu, mengingatkan saya untuk segera mempersiapkan biaya kuliah untuk
anak-anak, sebab beberapa tahun lagi akan kuliah. Khusus pulang ke
Sahabat CyberMQ
Peluang rizki itu ada dimana-mana, dan rizki itu bukan hanya uang, uang hanya sebagian kecil dari rizki. Jejaring kehidupan adalah rizki yang tak terbatas, salah satu muaranya, kalau kita pandai mengelola, nanti akan muncul rizki dalam bentuk uang juga.
Berani hadapi tantangan punya keyakinan terhadap pesan agama “Kalau ingin dilapangkan rizkinya, perbanyak silaturahmi” !!! Atau seumur hidup kerja keras dengan tetap sempit rizki karena jarang silaturahmi!!! Bagaimana pendapat sahabat
Kejujuran Umar RA
Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khattab RA naik ke mimbar dengan mengenakan pakaian rangkap dua.
Ia berkata, "Wahai segenap manusia, tidakkah kalian mendengar?"
Salman al-Farisi RA berkata, "Kami tidak akan mendengarkan kata-katamu."
Umar RA bertanya, "Mengapa, wahai Aba Abdillah (Salman)?"
Salman RA menjawab, "Engkau membagi-bagikan kepada kami masing-masing sepotong pakaian, sedangkan engkau memakai pakaian rangkap dua."
Umar RA menjawab, "Jangan terburu-buru berkata demikian."
Kemudian ia berseru kepada para hadirin, "Wahai, Abdullah... Abdullah..."
Tidak seorang pun yang menjawab.
Umar menyeru lagi, "Wahai, Abdullah ibnu Umar!"
Abdullah Ibnu Umar putranya, menjawab, "Labbaik, wahai Amirul Mukminin."
Umar bertanya, "Aku bertanya demi Allah, benarkah baju yang kupakai ini adalah milikmu?"
Abdullah bin Umar menjawab, "Benar, demi Allah pakaian itu benar milikku."
Kemudian Salman RA berkata, "Sekarang bicaralah. Kami akan mendengarkan kata-katamu."
Saudara dan Kawan
Seorang arif dan bijak ditanya, "Apakah Anda mencintai saudara Anda?"
Dijawabnya, "Saya tidak mencintai saudaraku kalau dia bukan kawanku."
Memang benar, kadangkala kawan, teman atau sahabat, lebih dicintai daripada saudara sendiri meskipun sekandung.
Kekuatan materi atau fisik meliputi tubuh dan sarana-sarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Kekuatan moral atau jiwa merupakan sifat-sifat mental yang selalu dan ingin dimiliki setiap orang.
Kekuatan rohani terbentuk dengan adanya kesadaran dan perasaan akan adanya hubungan dengan Allah atau dengan menghayati hubungan tersebut.
Kita wajib menjadikan kekuatan rohani sebagai harta simpanan yang tidak akan habis dan sirna, serta sebagai rahasia untuk meraih keberhasilan dan kemenangan.
Kisah UMMU MA'BAD
Kisah Ummu Ma'bad yang masyhur adalah dari sebuah hadits yang diriwayatkan olehnya bahwa Rasulullah suatu ketika
melewati Ummu Ma'bad, dan meminta susu atau akan membeli daging darinya, waktu kehabisan perbekalan dan air minum
dan tidak mendapati sesuatu apapun. Maka beliau pun melihat seekor kambing dekat sebuah kemah yang terbuka,
kambing itu adalah yang paling kurus. Maka Rasulullah pun bertanya kepada Ummu ma'bad,
"Apakah kambing yang engkau memiliki itu bisa mengeluarkan susu?"
Ummu Ma'bad menjawab, "Kambing itu adalah kambing yang paling kurus."
Rasulullah bertanya, "Apakah engkau mengizinkan aku untuk mengambil susunya?"
Umu Ma'bad menjawab, "Demi Ayah, engkau, dan Ibuku, kalau engkau melihat kambing itu ada susunya, ya silakan."
Maka Rasulullah pun mendatangi kambing tersebut dan memegang susu kambing tersebut serta memerahnya,
maka keluarlah air susunya, dan kambing itu pun memamah biak (kambing mengunyah ulang makanan yang sudah dimakannya,
dari perut dikeluarkan lagi ke mulut dan dihaluskan).
Maka Rasulullah pun meminta disediakan bejana, dan ternyata dengan asir susu kambing tersebut bisa membuat kenyang sekelompok rombongan,
kemudian Rasulullah memerah lagi dan satu kaum juga meminumnya, kemudian orang-orang pada melihatnya dan mereka pun minum juga,
kemudian Rasulullah memerah lagi setelah semua meminumnya dan meninggalkannya sebagai persediaan untuk Ummu Ma'bad.
Maka Rasulullah beserta rombongan pun pergi.
Kemudian datang Abu Ma'bad, dan ketika melihat ada susu, ia pun bertanya, "Apa ini wahai Ummu Ma'bad? Engkau dapatkan ini dari mana,
dan padahal kambing kita belum pernah kawin, tidak memiliki susu."
Ummu Ma'bad menjawab, "Tidak, demi Allah, tapi tadi baru saja lewat kesini seorang laki-laki yang penuh berkah."
Abu Ma'bad bertanya, "Coba, terangkan bagaimana laki-laki itu."
Maka Ummu Ma'bad pun menjelaskan ciri-ciri laki-laki itu. Dan ternyata itu adalah Rasulullah pada salah satu perjalanan hijrahnya
dari Mekkah ke Madinah.
Sumber: Min Mu'jizatin Nabiy shallalahu 'alaihi wa sallam karya Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad al-Salman
(Salah seorang murid senior Syaikh Muhammad ibn Shalih Al-Utsaimin)
Rahasia 'Besi' Dalam al-Qur'an
Semua orang pasti kenal dengan benda satu ini karena sudah tidak asing lagi dan sudah demikian familiar dengannya.
Ia termasuk barang tambang penting dan digunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan dasar pembuatan alat tranportasi,
kapal dan sebagainya. Ia bahkan merupakan salah satu nama
berbicara tentang benda yang bernama ‘al-Hadid (besi)’? Adakah keunggulan yang dimilikinya?
Seorang ilmuwan terkenal yang menjadi pembicara dalam seminar ‘Mukjizat Ilmiah al-Qur’an al-Karim’, DR Strogh yang juga begitu tersohor
di kalangan Badan Antariksa Amerika, NASA mengatakan, “Kami telah melakukan berbagai penelitian terhadap sejumlah barang tambang bumi dan
sejumlah penelitian laboratorium. Namun hanya satu jenis barang tambang yang sangat membingungkan para ilmuan, yaitu besi. Dari sisi kapasitasnya,
besi memiliki bentuk (struktur) yang unik. Agar elektron-elektron dan nitron-nitron dapat menyatu dalam unsur besi maka ia butuh energi yang luar biasa
mencapai 4 kali lebih besar dari total energi yang ada di planet matahari kita.”
Ini berarti, tidak mungkin besi itu telah terbentuk saat berada di bumi. Pasti ada unsur aneh yang turun ke bumi dimana ia belum terbentuk di
Allah SWT berfirman, “Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS.al-Hadid:25)
(SUMBER: situs berbahasa Arab tentang mukjizat ilmiah al-Qur’an dan as-Sunnah, seperti yang dinukilnya dari buku al-Adillah
al-Maaddiyyah ‘Ala Wujuudillaah karya Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi)
Rahasia Berbuka Dengan Kurma
Kurma adalah buah yang berkah, Rasulullah SAW mewasiatkan kepada kita untuk memakannya ketika mulai berbuka dari puasa Ramadhan.
Dari Salman ibn 'Aamir, Sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Jika salahs eorang diantara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah,
kalau tidak ada maka dengan air karena air itu bersih dan suci. (HT. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dari Anas, sesungguhnya Nabi ; berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma mengkel segar yang baru dipetik dari pohonnya-pent) sebelum shalat,
kalau tidak ada ruthab, maka denganbeberapa kurma matang, kalau tidak ada, maka dengan meneguk beberapa tegukan air putih. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Tidak diragukan lagi bahwa dibalik sunnah nabi ini ada petunjuk medis dan manfaat yang banyak bagi kesehatan, dan hukum yang bagus. Rasulullah
telah memilih makanan ini dan tidak memilih yang lainnya karena adanya manfaat yang sangat besar, tidak hanya karena buah itu banyak
dijumpai di lingkungannya semata. Maka, ketika seorang yang berpuasa mulai berbuka maka organ-organ tubuhnya akan bersiap;
dan organ pencernaan mulai berakivitas kembali, khususnya lambung yang butuh untuk diberikan sesuatu yang lembut,
dan memulai mengakifkan kerjanya kembali dengan halus. Dan orang yang sedang berpuasa, pada keadaan ini,
sangat butuh akan makanan yang mengandung gula yang mudah dicerna, yang bisa menghilangkan rasa lapar, persis seperti ia butuh akan air.
Dan nutrisi makanan yang tercepat bisa dicerna dan sampai ke darah adalah zat gula, khususnya makanan yang mengandung satu atau dua zat
gula (glukosa atau sukrosa). Sebab tubuh mampu menyerap dengan mudah dan cepat zat gula itu hanya dalam beberapa menit. Apalagi jika lambung
dan perut sedang kosong, seperti orang yang berpuasa ini.
Andai anda mencari makanan yang bisa menyamai dua kandungan yang dituju ini secara bersama (menghilangkan lapar dan dahaga secara bersamaan dengan
satu makanan), maka anda tidak akan pernah menemukan makanan itu lebih baik daripada apa yang disuguhkan oleh sunnah nabawiyah, dimana sunnah memotivasi
orang yang berpuasa untuk membuka puasanya dengan zat gula manis sekaligus kaya akan air (ruthab) atau pun tamar (kurma matang).
Berdasarkan penelitian bio-kimia, ditemukan bahwa satu bagian kurma yang kita makan sama
dengan 86 - 87 % beratnya; mengandung 20 - 24 % air; 70 - 75 % gula; 2 - 3 % protein; 8,5% serat;
sangat kecil sekali kandungan lemah jenuh (lecithine).
Berdasarkan penelitian tersebut, juga ditemukan bahwa ruthab (kurma mengkel) mengandung 65 - 70 % air berdasarkan berat bersihnya;
24 - 58 % zat gula; 1,2 - 2 % protein; 2,5 % serat, dan sedikit sekali mengandung lemak jenuh (lecithine).
Berdasarkan penelitian kimiawi dan fisiologi yang dilakukan Dr. Ahmad Abdul Ra'ouf Hisyam dan Dr. Ali Ahmad Syahhat, diperoleh data sebagai berikut:
Mengkonsumsi ruthab (kurma mengkel, masih segar, matang dipohon) atau tamar (kurma matang kering seperti yang tersebar di
setiap kali mengawali buka akan menambah terhadap badan persentase yang besar akan kandungan zat gula, maka dengan ini akan hilang penyakit
anemia (kurang darah), sehingga tubuh lebih menjadi bergairah;
Saat lambung kosong dari makanan, maka ia akan mudah mencerna dan menyerap makanan kecil yang mengandung gula ini secara cepat dan maksimal;
Sesungguhnya kandungan ruthab dan tamar akan zat gula dalam bentuk kimia sederhana menjadikan proses mencerna dan menyerap di lambung sangat mudah,
sebab 2/3 (dua per tiga) zat gula ada dalam tamar dan dalam bentuk zat kimia sederhana. Hal ini pun bisa meningkatkan kadar gula dalam darah dalam waktu
yang singkat;
Sesungguhnya adanya tamar yang mengandung air, dan ruthab yang mengandung air tinggi (65 - 70 %) akan menambahkan terhadap tubuh persentase yang
tidak membahayakan, maka dengan itu seorang yang berpuasa tidak harus meminum air dalam jumlah banyak ketika berbuka. (Abm)
Dr. Hissaan Syamsi Basya
Kokohnya Kepribadian
Rasulullah bersabda yang artinya : Pena pencatat pahala dan dosa diangkat (tidak ditulis) dari 3 kelompok manusia: orang yang sedang tidur,
orang yang pingsan sampai dia bangun, dan anak kecil hingga ia menjadi besar (Shahihul Jami').
Ilmu pengetahuan kedokteran kontemporer kini menegaskan bahwa sel-sel manusia yang di kulit, otot-otot, tulang, dan mata, semuanya mengalami
perbaruan pada setiap 7 (tujuh) tahun sekali, kecuali sel pusat syaraf, sebab sel pusat syaraf selesai mengalami perkembangannya pada usia 7
tahun dimana 9/10 otaknya berkembang pada masa 1 - 7 tahun. Dan andai sel-sel otak dan syaraf otak berubah-ubah (berkembang ataupun mengalami perbaruan)
maka akanberubah pula kerpibadiannya. Dan jika demikian halnya, maka seseorang akan mengalami banyak mengalami kejanggalan perilaku karena
perubahan-perubahan itu setiap harinya. Dan ini merupakan kehebatan dan rahmat Allah terhadap makhluknya semenjak dahulu kala. Maka Allah tidak membebani
taklif (perintah dan larangan agama) kepada orang yang belum mukallaf, yaitu orang yang belum sempurna perkembangan dirinya...
Maka, apabila seorang anak sudah menjadi besar akan kokohlah kepribadiannya dengan kokohnya sel-sel pusat syaraf, dimana sel-sel ini tidak mengalami
penambahan dan pengurangan sedikitpun walaupun ia mengalami benturan atau sakit. Andai sel-sel pusat syaraf mengalami pengurangan atau penambahan setelah
sempurnanya perkembangan, tentu anggota tubuh manusia tidak bisa bergerak sebagaimana mestinya.
Subhanallah (Maha Suci Allah) Yang demikian menjulang tinggi bukti kekuasaan-Nya.
Allah berfirman:
Segala sesuatu pasti akan mengalami kehancuran, kecuali wajah Allah, Dia-lah pemilik hukum dan kepada-Nya kalian kelak akan dikembalikan.
Tidakkah, dengan berita ini manusia harus memberikan sujudnya dan syukurnya hanya kepada Allah ta'alaa?
Sumber: wa fii anfusikum afalaa tubshirun" Anas ibn Abdul Hamid Al-Qouz
Penerjemah:Abu Muhammad ibn Shadiq
Berobat Dengan Khomr ( Alkohol )
Apakah alkohol, khomr merupakan obat ataukah penyakit? Dr. Obery Louise, kepala bagian penyakit jiwa di Univ.
utama dan terkenal di bidang medis di Inggris mengatakan:
"Alkohol adalah satu-satunya penyakit yang banyak dikonsumsi secara luas di dunia saat ini. Ia ada di tangan setiap orang yang menginginkannya atau
meninggalkannya. Oleh karena itu, orang banyak mengkonsumsinya sekehendak keinginannya yang akhirnya menyebabkan munculnya penyakit kegoncangan jiwa
atau sering disebut dengan "psycho-pathic anomaly". Satu tegukan alkohol saja terkadang bisa menyebabkan mabuk dan menyebabkan kehilangan kendali syaraf
dan akhirnya merusak segala yang ada disekitarnya; juga bisa menyebabkan "fly". Adapun orang yang terus-menerus minum khomr maka ia akan menjadi seorang
alkoholik (kecanduan alkohol), ia akan banyak melanggar norma-norma akhlaq dan disertai sifat kegilaan."
Dan para dokter menduga di zaman dahulu dan zaman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan zaman setelah beliau sampai abad-abad terakhir bahwa
khomr memiliki manfaat bagi kesehatan, kemudian sejumlah penelitian medis pun menemukan data yang membatalkan anggapan-anggapan itu.
Anggapan itu hanyalah dugaan dan perkataan Al-Shadiq Al-Mashduq (Sang jujur dan diakui kejujurannya, Nabi Muhammad -pent) itulah yang benar yang
tidak ada keraguan ataupun salah-faham pada kebenaran ucapannya.
Rasulullah pernah berbicara kepada Thariq Al-Ju'afiy ketika meminta disediakan khomr, maka Rasulullah melarangnya. Maka Thariq berkata,
bahwa ia meminumnya sekedar untuk obat, maka Rasulullah menjawab, "Khomr bukan obat, akan tetapi penyakit!!" HR. Muslim dan Tirmidzi.
Dari Abu Hurairah, "Rasulullah melarang berobat dengan sesuatu yang jelek." HR. Abu Daud
Masih dalam Sunnan Abu Daud, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya danmenjadikan setiap penyakit ada obatnya,
maka berobatlah dan jangan berobat dengan barang haram."
Dan dari Thariq ibn Suwaid Al-Hadhrami, aku berkata kepada Rasulullah bahwa didaerah kami ada anggur-anggur, kami memeras dan meminumnya,
dan kami menggunakannya untuk mengobati orang yang sedang sakit. Maka rasulullah bersabda, "Itu (anggur perasan)
bukanlah obat akan tetapi penyakit." HR. Muslim
Mereka bertanya kepadamu tentang Khomr dan perjudian, katakanlah, "Di dalam keduanya terdapat dosa besar dan manfaat bagi manusia,
akan tetapi dosa-dosanya lebih besar daripada manfaatnya. (Q.S. Al-Baqarah)
Maka, banyak para ulama yang membantah anggapan-anggapan demikian. Diantaranya adalah Imam Al-Shan'aniy. Beliau mengatakan dalam kitab Subul A-Salam,
Kitab Al-Najmi Al-Wahhah, "Segala yang dikatakan para dokter bahwa khomr memiliki kandungan yang bermanfaat bagi manusia bila meminumnya adalah pengakuan
Al-Qur'an akan kepercayaan manusia sebelumnya. Adapun setelah turunnya ayat dalam
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khomr, judi, qurban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah (lotere -pent) adalah perbuatan nista,
salah satu perilaku syaithan, maka tinggalkanlah agar kalian beruntung (Q.S. Al-Maidah: 90)
Maka Allah ta'alaa, Sang Pencipta segala sesuatu, yang dampak negatifnya menjadi manfaat dalam satu hal tidaklah mungkin menjadikan sesuatu itu bermanfaat.
Denganhal ini,gugurlah alasan orang yang ingin menjadikan obat dengan khomr dan yang menukil ucapan ini dari Al-Rabi' dan Al-Dhahak. Dan dalam hal ini
ada hadits dengan sanad yang sampai ke Al-Tsa'labiy dan yang lainnya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya Allah ketika mengharamkan Khomr, menjadikan dampak negatifnya sebagai manfaat bagi manusia."
Dan "manfaat" ini tidak pasti, mungkin berupa manfaat materi bagi orang-orang yang menjualnya dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Akan tetapi,
hal itu adalah kamuflase besar karena merugikan masyarakat dan kerugian material yang sangat banyak. Mungkin juga berupa manfaat kedokteran dan industrinya,
dan mayoritasnya juga hanya anggapan. Semacam anggapan bahwa khomr bisa membangkitkan nafsu. Khomr dari dahulu dijadikan
sebagai alat pembangkit nafsu atau selera yang digunakan oleh orang-orang Yunani,
Dan orang-orang eropa saat ini, khususnya Perancis menggunakannya juga untuk membangkitkan nafsu. Mereka menyebutnya dengan Apenibf,
yaitu sang pembangkit selera. Dan kebiasaan mereka adalah mereka tidak mengkonsumsi makanan berat kecuali diawali dengan khomr terlebih dahulu.
Demikian juga orang-orang Italia. Khomr adalah pembuka atau pembangkit nafsu atau selera untuk pertama kalinya, akan tetapi jika terus berlanjut
maka kandungan HCl (Hydro Chloride)-nya bisa membahayakan tubuh, yaitu dis-fungsi organ-organ pencernaan dan daerah sekitarnya. Maka, setelah "manfaat"
yang mereka peroleh dengan meneguk khomr, muncul bahaya, petaka yang tidak ringan lagi tidak sedikit; awalnya adalah disfungsi organ-organ dalam,
kemudian hilangnya gairah, dan terakhirnya dalah kanker ganas.
Dan telah datang utusan dari Yaman dan utusan dari Madhramaut menemui Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan meminta agar dibolehkan meminum
khomr sebab negeri mereka sedang dingin. Akan tetapi Rasulullah enggan mengizinkannya.
Dalam sunan Abu Daud, disebutkan Dailam Al-Humairi meminta Nabi, "Wahai Rasulullah, kami dari negeri yang dingin, kami mengobati di sama sesuatu yang
sangat berat dan kami menggunakan adonan gandum ini untuk menguatkan kegiatan kami dan menolong negeri kami. Maka Rasulullah bersabda,
"Apakah adonan itu membuat kalian mabuk?" Dailam menjawab, "Ya." Rasulullah bersabda, "Maka, tinggalkanlah hal itu." Dailam mengatakan,
"Akan tetapi manusia enggan meninggalkan adonan itu." Rasulullah menjawab, "Jika mereka enggan meninggalkannya, maka bunuhlah mereka." (Abm/ismdz)
Dr. Muhammad 'Ali Al-Bar -Kerajaan Saudi
Rahasia Dalam Laut
Sabtu, 28 Februari 04
Allah Ta'ala berfirman: Dia membiarkan dua buah laut mengalir, kemudian keduanya bertemu; diantara keduanya ada batas yang tidak bisa dilampaui
oleh masing-masingnya; maka nikmat Rabb-mu manakah yang kalian dustakan?; dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Q.S. Ar-Rahmaan)
Maksudnya adalah bahwa kedua laut itu adalah asin. Sebab, ayat-ayat di atas berbicara tentang laut dan apa yang keluar dari salah satu laut berupa
marjan dan dari laut lainnya lagi berupa mutiara. Laut yang pertama rasanya asin, demikian juga yang kedua. Dan kapan manusia mengetahui bahwa laut
yang asin itu berbeda-beda, dan bukannya laut yang memiliki kandungan sama. Hal ini tidak diketahui oleh manusia kecuali setelah mereka memasuki tahun 1942.
Pada tahun 1873 manusia mengetahui bahwa ada tempat tertentu di dalam laut yang kandungan airnya berbeda-beda.
Ketika para peselancar melakukan selancar dan mengelilingi lautan dunia selama 3 tahun dengan menggunakan kapal, maka ini menjadi tonggak
pembatas antara ilmu kelautan kuno, penuh dengan khurafat, dengan penelitian mendalam yang didasarkan kepada penelaahan atas fakta laut tersebut.
Dan ini merupakan awal dari gelombang kemajuan ilmu pengetahuan bahwa laut yang asin memiliki kandungan air yang berbeda-beda. Dan sudah pernah dilakukan
penelitian dan evaluasi terhadap penelitian ini bahwa air laut berbeda-beda kadar panas, berat jenis (BJ air), kandungan oksigen.
Dan pada tahun 1942, muncul untuk yang pertama kalinya sebuah hasil penelitian yang sangat panjang. Penelitian ini dilakukan oleh ratusan para peneliti
dasar laut, dan mereka menemukan bahwa samudera atlantik bukanlah laut yang hanya merupakan satu lautan, akan tetapi samudera atlantik ternyata terdiri
atas beberapa laut yang masing-masing berbeda. Masing-masing peneliti menemukan perbedaan dari masing-masing air laut yang mereka temui.
Air laut di sebelah
BJ air, oksigennya, semuanya bersatu dalam satu samudera, altlantik......
Apalagi dengan laut-laut lain yang berbeda dan kemudian bertemu, seperti laut tengah, laut merah, laut atlantik, dan seperti laut merah dan teluk
'adn juga bertemu di satu tempat yang sempit.
Maka pada tahun 1942, untuk pertama kalinya kita mengetahui ada satu laut yang masing-masing bagian laut tersebut memiliki perbedaan dalam kandungan
dan sifat-sifatnya, dan bertemu pada satu tempat tertentu.
Pada pakar kelautan (oceanolog) mengatakan bahwa sifat yang paling kentara dari laut dan airnya adalah bahwa laut dan airnya tidak pernah tetap ...
tidak pernah tenang, dan hal yang paling terlihat adalah ia selalu bergerak, ... panjangnya, dan lebarnya, dan gelombang airnya, arah pergerakannya
adalah diantara faktor-faktor yang sangat banyak yang mempengaruhi keadaan air laut.
Dari sini ada satu pertanyaan: Bila memang demikian keadaannya, maka kenapa air-air yang berbeda itu tidak bercampur dan tidak menyatu (melebur) menjadi
satu jenis?" maka mereka pun mempelajari, meneliti, dan menelahnya. Dan akhirnya pun mereka menemukan jawabannya, yaitu bahwa ada "dinding air pembatas"
yang memisahkan setiap pertemuan dua laut dalam satu tempat, baik di dasar samudera atau pun di dalam palung (jurang di dalam lautan).
Tempat inilah yang ternyata memisahkan antara laut yang satu dengan laut yang lainnya. Akhirnya mereka pun dapat mengetahui batas laut ini dan bagaimana
karakteristiknya. Akan tetepi dengan apakah mereka bisa mengetahuinya ? Apakah dengan kedua mata kita ...? Tidak, ... akan tetapi dengan meneliti
secara mendetail dan rinci terhadap kandungan kadar garam, kadar suhu, BJ air. Dan hal-hal inilah yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Warna Hijau Dalam Al-Qur'an
Jumat, 04 Juni 04
berupa kenikmatan, suasana, kesenangan, ketenangan jiwa. Kita mendapati di dalam
Mereka bertelekan (bertelekan: tiduran menyamping, tubuh lurus, dengan salah satu tangannya dilipat dan telapak tangannya menyangga kepala -pent)
di atas bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah (QS. Al-Rahman: 76)
Mereka mengenakan pakaian sutra halus yang hijau, dan sutra tebal, serta dipakaikan gelang dari perak kepada mereka. Dan Rabb mereka memberi
minum mereka dengan minuman yang suci (Q.S. Al-Insan: 21)
Mereka mengenakan pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal (Q.S. Al-Kahf: 31)
Salah seorang pakar psikologi, Ardatsham, mengatakan, "Sesungguhnya pengaruh warna terhadap manusia sangat besar, dan saya pernah melakukan
sejumlah penelitian dan menjelaskan bahwa warna berpengaruh terhadap kejiwaan dan semangat serta vitalitas kita; merasa panas; atau dingin;
atau nyaman; atau bahagia; bahkanbisa berpengaruh terhadap kepribadian seseorang dan berpengaruh terhadap menyikapi kehidupan.
Dan warna bias menjadi sebab relung jiwa yang dalam terpengaruh dengannya. Sebuah rumah sakit pernah mengundang sejumlah pakar untuk memberikan
saran bagi warna dinding ruang pasien atau warna dinding rumah sakit, sehingga bisa banyak membantu dalam mengobati mereka.
Rumah sakit juga meminta saran tentang warna yang terbaik untuk pakaian pasien. Sejumlah percobaan telah membuktikan bahwa warna kuning
bisa membangkitkan semangat di syaraf pusat. Adapun warna ungu bisa membangkitkan ketenangan;
Adapun warna biru, maka orang yang melihatnya akan merasa dingin. Sebaliknya, warna merah maka orang akan merasa panas atau gersang.
Dan para pakar tersebut mengatakan bahwa warna yang bisa membangkitkan kebahagiaan, gembira, bersemangat hidup (bergairah) adalah warna hijau.
Oleh karena itu, warna yang utama dan sesuai untuk kamar atau ruang operasi, pakaian para ahli bedah dan pakaian pasien adalah warna hijau.
Sebuah pengalaman unik akankami kemukakan di sini bahwa ada sebuah pengalaman yang terjadi di London, Inggris, di kawasan Black Fryer yang
dikenal dengan "kawasan bunuh diri" karena mayoritas kejadian bunuh diri banyak terjadi di kawasan ini. Kemudian diadakan perubahan warna dari
warna gelap gurun ke warna hijau metalik. Denganhal ini ternyata terjadi penurunan jumlah kejadian bunuh diri dengan sangat signifikan.
Warna hijau juga bisa menjadikan pandangan mata nyaman.
Hikmah Didahulukan Pendengaran daripada Penglihatan Di Dalam Al-Qur'an
Sabtu, 28 Februari 04
Manusia ketika hilang matanya, maka hilanglah segalanya, hidup dalam kegelapan sepanjang waktu, tidak bisa melihat apa-apa...
Akan tetapi kalau manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Pada saat itu, musibah yang ia derita lebih ringan daripada
ia kehilangan mata.
Akan tetapi Allah ta'alaa ketika menyebutkan kata "pendengaran" dalam Al-Qur'an selalu didahulukan daripada penglihatan.
Sungguh, ini merupakan satu mu'jizat Al-Qur'an yang mulia. Allah telah mengutamakan dan mendahulukan pendengaran daripada penglihatan. Sebab,
pendengaran adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia, juga merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi.
Maka pendengaran tidak pernah tidur sama sekali.
Sesunguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia. Maka, seorang bayi ketika saat pertama
kali lahir, ia bisa mendengar, berbeda dengan kedua mata. Maka, seolah Allah ta'alaa ingin mengatakan kepada kita, "Sesungguhnya pendengaran adalah organ
yang pertama kali mempengaruhi organ lain bekerja, maka apabila engkau datang disamping bayi tersebut beberapa saat lalu terdengar bunyi kemudian,
maka ia kaget dan menangis. Akan tetapi jika engkau dekatkan kedua tanganmu ke depan mata bayi yang baru lahir, maka bayi itu tidak bergerak sama
sekali (tidak merespon), tidak merasa ada bahaya yang mengancam. Ini yang pertama.
Kemudian, apabila manusia tidur, maka semua organ tubuhnya istirahat, kecuali pendengarannya. Jika engkau ingin bangun dari tidurmu, dan engkau letakkan
tanganmu di dekat matamu, maka mata tersebut tidak akan merasakannya. Akan tetapi jika ada suara berisik di dekat telingamu, maka anda akan terbangun
seketika. Ini yang kedua.
Adapun yang ketiga, telinga adalah penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah ta'alaa ketika ingin menjadikan ashhabul kahfi tidur selama 309 tahun,
Allah berfirman: Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun, lihat pada ayat 25 berikutnya -pent) (Q.S. Al-Kahfi: 11)
Dari sini, ketika telinga tutup sehingga tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan.
Hal ini karena gerakan-gerakan manusia pada siang hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan tenangnya manusia (tanpa ada aktivitas)
pada malam hari menyebabkan bisa tidur pulas, dan telinga tetap tidak tidur dan tidak lalai sedikitpun.
Dan di sini ada satu hal yang perlu kami garis bawahi, yaitu sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat:
Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan oleh pendengaranmu, mata-mata kalian, dan kulit-kulit kalian terhadap
kalian sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. (Q.S. Fushshilat: 22)
Kenapa kalimat "pendengaran" dalam ayat tersebut berbentuk tunggal (mufrad) dan kalimat "penglihatan" dan "kulit" dalam bentuk jamak ?
Padahal, bisa saja Allah mengatakannya: Pendengaran-pendengaran kalian, penglihatan-penglihatan kalian, dan kulit-kulit kalian.
Dan memang konteks ayatnya adalah pendengaran dan penglihatan (bentuk tunggal) atau pendengaran-pendengaran dan penglihatan-penglihatan (bentuk jamak).
Akan tetapi Allah ta'alaa dalam ayat di atas -yang demikian rinci dan jelas- ingin mengungkapkan kepada kita tentang keterperincian Al-Qur'an yang mulia.
Maka mata adalah indera yang bisa diatur sekehendak manusia, saya bisa melihat dan bisa tidak melihat, saya bisa memejamkan mata bila saya tidak
ingin melihat sesuatu, memalingkan wajahku ke arah lain, atau pun mengalihkan pandanganku ke yang lain yang ingin saya lihat. Akan tetapi telinga
tidak memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak ingin mendengar, maka anda tetap mendengarnya. Misalnya, anda dalam sebuah ruangan yang di
sana ada 10 orang yang saling berbicara, maka anda akan mendengar semua suara mereka, baik anda ingin mendengarnya atau tidak; anda bisa memalingkan
pandangan anda, maka anda akan melihat siapa saja yang ingin anda lihat dan anda tidak bisa melihat orang yang tidak ingin anda lihat. Akan tetapi,
anda tidak mampu mendengarkan apa yang ingin anda dengar perkataannya dan tidak juga mampu untuk tidak mendengar orang yang tidak ingin anda dengar.
Paling-paling anda hanya bisa seolah-olah tidak tahu atau seolah-olah tidak mendengar suara yang tidak ingin anda dengar, akan tetapi pada hakikatnya
semua suara tersebut sampai ke telinga anda, mau atau pun tidak.
Jadi, mata memiliki kemampuan untuk memilih; anda bisa melihat yang itu atau memalingkan pandangan mata dari hal itu, saya pun demikian,
dan orang lain pun demikian, sedangkan pendengaran; setiap kita mendengar apa saja yang berbunyi, diinginkan atau pun tidak. Dari hal ini,
maka setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi pendengaran mendengar hal yang sama. Setiap kita memiliki mata, ia melihat
apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi,
suka atau tidak suka, sehingga pantas Allah ta'alaa menyebutkan kalimat "pandangan" dalam bentuk jamak, dan kalimat "pendengaran"
dalam bentuk tunggal, meskipun kalimat pendengaran didahulukan daripada kalimat penglihatan. Maka pendengaran tidak pernah tidur atau pun istirahat.
Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang bisa tidur atau istirahat.
Maka telinga tidak tidur selama-lamanya sejak awal kelahirannya, ia bisa berfungsi sejak detik pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ
lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau beberapa hari, bahkan sebagian setelah beberapa tahun kemudian, atau pun 10 tahun lebih.
Dan telinga tidak pernah tidur, ketika engkau sedang tidur maka semua organ tubuhmu tidur atau istirahat, kecuali telinga. Jika terdengar suara
disampingmu maka spontan engkau akan terbangun. Akan tetapi, jika fungsi telinga terhenti, maka hiruk-pikuk aktivitas manusia di siang hari dan semua
bunyi yang ada tidak akan membangunkan tidur kita, sebab alat pendengarannya (penerima bunyi) yaitu telinga tidak bisa menerima sinyal ini.
Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar panggilan penyeru pada hari qiamat kelak ketika terompet dibunyikan.
Dan mata membutuhkan cahaya untuk bisa melihat, sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia dalam keadaan gelap,
maka mata tidak bisa melihat, walaupun mata anda tidak rusak. Akan tetapi telinga bisa mendengar apapun, baik siang maupun malam;
dalam gelap maupun terang benderang. Maka telinga tidak pernah tidur dan tiak pernah berhenti berfungsi.
Penyakit yang Menimpa Perempuan Tidak Berjilbab
Jumat, 27 Februari 04
Rasulullah bersabda, "Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta,
mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya (HR. Abu Daud) Rasulullah bersabda, "Tidak diterima sholat wanita dewasa
kecuali yang memakai khimar (jilbab) (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)
Penelitian ilmiah kontemporer telah menemukan bahwasannya perempuan yang tidak berjilbab atau berpakaian tetapi ketat, atau transparan maka
ia akan mengalami berbagai penyakit kanker ganas di sekujur anggota tubuhnya yang terbuka, apa lagi gadis ataupun putri-putri yang mengenakan
pakaian ketat-ketat. Majalah kedokteran Inggris melansir hasil penelitian ilmiah ini dengan mengutip beberapa fakta, diantaranya bahwasanya kanker
ganas milanoma pada usia dini, dan semakin bertambah dan menyebar sampai di kaki. Dan sebab utama penyakit kanker ganas ini adalah pakaian ketat yang
dikenakan oleh putri-putri di terik matahari, dalam waktu yang panjang setelah bertahun-tahun. dan kaos kaki nilon yang mereka kenakan tidak sedikitpun
bermanfaat didalam menjaga kaki mereka dari kanker ganas. Dan sungguh Majalah kedokteran Inggris tersebut telah pun telah melakukan polling tentang penyakit
milanoma ini, dan seolah keadaan mereka mirip dengan keadaan orang-orang pendurhaka (orang-orang kafir Arab) yang di da'wahi oleh Rasulullah.
Tentang hal ini Allah berfirman: Dan ingatlah ketika mereka katakan: Ya Allah andai hal ini (Al-Qur'an) adalah benar dari sisimu maka hujanilah
kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih ( Q.S. Al-Anfaal:32)
Dan sungguh telah datang azab yang pedih ataupun yang lebih ringan dari hal itu, yaitu kanker ganas, dimana kanker itu adalah seganas-ganasnya
kanker dari berbagai kanker. Dan penyakit ini merupakan akibat dari sengatan matahari yang mengandung ultraviolet dalam waktu yang panjang disekujur
pakaian yang ketat, pakaian pantai (yang biasa dipakai orang-orang kafir ketika di pantai dan berjemur di sana) yang mereka kenakan. Dan penyakit ini
terkadang mengenai seluruh tubuh dan dengan kadar yang berbeda-beda. Yang muncul pertama kali adalah seperti bulatan berwarna hitam agak lebar.
Dan terkadang berupa bulatan kecil saja, kebanyakan di daerah kaki atau betis, dan terkadang di daerah sekitar mata; kemudian menyebar ke seluruh
bagian tubuh disertai pertumbuhan di daerah-daerah yang biasa terlihat, pertautan limpa (daerah di atas paha), dan menyerang darah,
dan menetap di hati serta merusaknya.
Terkadang juga menetap di sekujur tubuh, diantaranya: tulang, dan bagian dalam dada dan perut karena adanya dua ginjal, sampai menyebabkan
air kencing berwarna hitam karena rusaknya ginjal akibat serangan penyakit kanker ganas ini. Dan terkadang juga menyerang janin di dalam rahim
ibu yang sedang mengandung. Orang yang menderita kanker ganas ini tidak akan hidup lama, sebagaimana obat luka sebagai kesempatan untuk sembuh
untuk semua jenis kanker (selain kanker ganas ini), dimana obat-obatan ini belum bisa mengobati kanker ganas ini.
Dari sini, kita mengetahui hikmah yang agung anatomi tubuh manusia di dalam perspektif Islam tentang perempuan-perempuan yang melanggar batas-batas
syari'at. yaitu bahwa model pakaian perempuan yang benar adalah yang menutupi seluruh tubuhnya, tidak ketat, tidak transparan,
kecuali wajah dan telapak tangan. Dan sungguh semakin jelaslah bahwa pakaian yang sederhana dan sopan adalah upaya preventif yang paling bagus
agar tidak terkena "adzab dunia" seperti penyakit tersebut di atas, apalagi adzab akhirat yang jauh lebih dahsyat dan pedih. Kemudian,
apakah setelah adanya kesaksian dari ilmu pengetahuan kontemporer ini -padahal sudah ada penegasan hukum syari'at yang bijak sejak 14 abad
silam- kita akan tetap tidak berpakaian yang baik (jilbab), bahkan malah tetap bertabarruj???
Pengaruh Qur'an Terhadap Organ Tubuh
Sabtu, 28 Februari 04
Ada menyeruak perhatian yang begitu besar terhadap kekuatan membaca Al-Qur'an, dan yang terlansir di dalam Al-Qur'an, dan pengajaran Rasulullah.
Dan sampai beberapa waktu yang belum lama ini, belum diketahui bagaimana mengetahui dampak Al-Qur'an tersebut kepada manusia. Dan apakah dampak
ini berupa dampak biologis ataukah dampak kejiwaan, atakah malah keduanya, biologis dan kejiwaan.
Maka, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kami memulai sebuah penelitian tentang Al-Qur'an dalam pengulangan-pengulangan "Akbar"
di kota Panama wilayah Florida. Dan tujuan pertama penelitian ini adalah menemukan dampak yang terjadi pada organ tubuh manusia dan melakukan
pengukuran jika memungkinkan. Penelitian ini menggunakan seperangkat peralatan elektronik dengan ditambah komputer untuk mengukur gejala-gejala
perubahan fisiologis pada responden selama mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an. Penelitian dan pengukuran ini dilakukan terhadap sejumlah kelompok
manusia:
Muslimin yang bisa berbahasa Arab.
Muslimin yang tidak bisa berbahasa Arab
Non-Islam yang tidak bisa berbahasa Arab.
Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat Al-Qur'an dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris.
Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang Al-Qur'an, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan
dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara sprontanitas.
Dan penjelasan hasil penelitian ini aku presentasikan pada sebuah muktamar tahunan ke-17 di Univ. Kedokteran Islam di Amerika bagian utara yang diadakan
di kota Sant Louis Wilayah Mizore, Agustus 1984.
Dan benar-benar terlihat pada penelitian permulaan bahwa dampak Al-Qur'an yang kentara pada penurunan tekanan syaraf mungkin bisa dikorelasikan
kepada para pekerja: Pekerja pertama adalah suara beberapa ayat Al-Qur'an dalam Bahasa Arab. Hal ini bila pendengarnya adalah orang yang bisa memahami
Bahasa Arab atau tidak memahaminya, dan juga kepada siapapun (random). Adapun pekerja kedua adalah makna sepenggal Ayat Al-Qur'an yang sudah dibacakan
sebelumnya, sampai walaupun penggalan singkat makna ayat tersebut tanpa sebelumnya mendengarkan bacaan Al-Qur'an dalam Bahasa Arabnya.
Adapun Tahapan kedua adalah penelitian kami pada pengulangan kata "Akbar" untuk membandingkan apakah terdapat dampak Al-Qur'an terhadap perubahan-perubahan
fisiologis akibat bacaan Al-Qur'an, dan bukan karena hal-hal lain selain Al-Qur'an semisal suara atau lirik bacaan Al-Qur'an atau karena pengetahun
responden bahwasannya yang diperdengarkan kepadanya adalah bagian dari kitab suci atau pun yang lainnya.
Dan tujuan penelitian komparasional ini adalah untuk membuktikan asumsi yang menyatakan bahwa "Kata-kata dalam Al-Qur'an
itu sendiri memiliki pengaruh fisiologis hanya bila didengar oleh orang yang memahami Al-Qur'an . Dan penelitian ini semakin menambah jelas
dan rincinya hasil penelitian tersebut.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002
(Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Univ. Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston.
Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal: (i)
Perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan (ii) Pengawasan melalui alat evaluasi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh.
Perangkat ini sangat lengkap dan menambah semakin menguatkan hasil validitas hasil evaluasi.
Subsekuen:
Program komputer yang mengandung pengaturan pernafasan dan monitoring perubahan fisiologis dan printer.
Komputer Apple 2, yaitu dengan dua floppy disk, layar monitor dan printer.
Perangkat monitoring elektronik yang terdiri atas 4 chanel: 2 canel untuk mengevaluasi elektrisitas listrik dalam otot yang diterjemahkan ke dalam
respon-respon gerak syaraf otot; satu chanel untuk memonitor arus balik listrik yang ke kulit; dan satu chanel untuk memonitor besarnya peredaran
darah dalam kulit dan banyaknya detak jantung dan suhu badan.
Berdasarkan elektrisitas listrik dalam otot-otot, maka ia semakin bertambah yang menyebabkan bertambahnya cengkeraman otot. Dan untuk memonitor
perubahan-perubahan ini menggunakan kabel listrik yang dipasang di salah satu ujung jari tangan.
Adapun monitoring volume darah yang mengalir pada kulit sekaligus memonitor suhu badan, maka hal itu ditunjukkan dengan melebar atau mengecilnya
pori-pori kulit. Untuk hal ini, menggunakan kabel listrik yang menyambung di sekitar salah satu jari tangan. Dan tanda perubahan-perubahan volume
darah yang mengalir pada kulit terlihat jelas pada layar monitoryang menunjukkan adanya penambahan cepat pada jantung. Dan bersamaan dengan pertambahan
ketegangan, pori-pori mengecil, maka mengecil pulalah darah yag mengalir pada kulit, dan suhu badan, dan detak jantung.
Metode dan Keadaan yang digunakan:
Percobaan dilakukan selama 210 kali kepada 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan yang berusia antara 40 tahun dan 17 tahun, dan usia pertengahan
22 tahun.
Dan setiap responden tersebut adalah non-muslim dan tidak memahami bahasa Arab. Dan percobaan ini sudah dilakukan selama 42 kesempatan,
dimana setiap kesempatannya selama 5 kali, sehingga jumlah keseluruhannya 210 percobaan. Dan dibacakan kepada responden kalimat Al-Qur'an
dalam bahasa Arab selama 85 kali, dan 85 kali juga berupa kalimat berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Dan sungguh adanya kejutan/shock
pada bacaan-bacaan ini: Bacaan berbahasa Arab (bukan Al-Qur'an) disejajarkan dengan bacaan Al-Qur'an dalam lirik membacanya, melafadzkannya di
depan telingga, dan responden tidak mendengar satu ayat Al-Qur'an selama 40 uji-coba. Dan selama diam tersebut, responden ditempatkan dengan posisi
duduk santai dan terpejam. Dan posisi seperti ini pulalah yang diterapkan terhadap 170 uji-coba bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an.
Dan ujicoba menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an seperti obat yang tidak manjur dalam bentuk mirip seperti Al-Qur'an, padahal mereka
tidak bisa membedakan mana yang bacaan Al-Qur'an dan mana yang bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur'an. Dan tujuannya adalah utuk mengetahui apakah
bacaan Al-Qur'an bisa berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami maknanya. Apabila dampak ini ada (terlihat), maka berarti benar
terbukti dan dampak tidak ada pada bacaan berbahasa Arab yang dibaca murottal (seperti bacaan Imam Shalat) pada telinga responden.
Adapun percobaan yang belum diperdengarkan satu ayat Al-Qur'an kepada responden, maka tujuannya adalah untuk mengetahui dampak fisiologis sebagai
akibat dari letak/posisi tubuh yang rileks (dengan duduk santai dan mata terpejam).
Dan sungguh telah kelihatan dengan sangat jelas sejak percobaan pertama bahwasannya posisi duduk dan diam serta tidak mendegarkan satu ayat pun, maka ia
tidak mengalami perubahan ketegangan apapun. Oleh karena itu, percobaan diringkas pada tahapan terakhir pada penelitian perbandingan terhadap pengaruh
bacaan Al-Qur'an dan bacaan bahasa Arab yang dibaca murottal seperti Al-Qur'an terhadap tubuh.
Dan metode pengujiannya adalah dengan melakukan selang-seling bacaan: dibacakan satu bacaan Al-Qur'an, kemudian bacaan vahasa Arab, kemudian Al-Qur'an
dan seterusnya atau sebaliknya secara terus menerus.
Dan para responden tahu bahwa bacaan yang didengarnya adalah dua macam: Al-Qur'an dan bukan Al-Qur'an, akan tetapi mereka tidak mampu membedakan antara
keduanya, mana yang Al-Qur'an dan mana yang bukan.
Adapun metode monitoring pada setiap percobaan penelitian ini, maka hanya mencukupkan dengan satu chanel yaitu chanel monitoring elektrisitas listrik
pada otot-otot, yaitu dengan perangkat Midax sebagaimana kami sebutkan di atas. Alat ini membantu menyampaikan listrik yang ada di dahi.
Dan petunjuk yang sudah dimonitor dan di catat selama percobaan ini mengadung energi listrik skala pertengahan pada otot dibandingkan dengan kadar
fluktuasi listrik pada waktu selama percobaan. Dan sepanjang otot untuk mengetahui dan membandingkan persentase energi listrik pada akhir setiap percobaan
jika dibandingkan keadaan pada awal percobaan. Dan semua monitoring sudah dideteksi dan dicatat di dalam komputer.
Dan sebab kami mengutamakan metode ini untuk memonitor adalah karena perangkat ini bisa meng-output angka-angka secara rinci yang cocok untuk studi
banding, evaluasi dan akuntabel..
Pada satu ayat percobaan, dan satu kelompok percobaan perbandingan lainnya mengandung makna adanya hasil yang positif untuk satu jenis cara yang
paling kecil sampai sekecil-kecilnya energi listrik bagi otot. Sebab hal ini merupakan indikator bagusnya kadar fluktuasi ketegangan syaraf,
dibandingkan dengan berbagai jenis cara yang digunakan responden tersebut ketika duduk.
Hasil Penelitian
Ada hasil positif 65% percobaan bacaan Al-Qur'an. Dan hal ini menunjukkan bahwa energi listrik yang ada pada otot lebih banyak turun pada percobaan ini.
Hal ini ditunjukkan dengan dampak ketegangan syaraf yang terbaca pada monitor, dimana ada dampak hanya 33 % pada responden yang diberi bacaan selain
Al-Qur'an.
Pada sejumlah responden, mungkin akan terjadi hasil yang terulang sama, seperti hasil pengujian terhadap mendengar bacaan Al-Qur'an. Oleh karena itu,
dilakukan ujicoba dengan diacak dalam memperdengarkannya (antara Al-Qur'an dan bacaan Arab) sehingga diperoleh data atau kesimpulan yang valid.
Pembahasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Sungguh sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak Al-Qur'an pada penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap syaraf. dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini sebagai satu hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada perubahan
energi listrik pada otot-otot pada organ tubuh. dan perubah-perubahan yang terjadi pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah,
perubahan detak jantung, voleme darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.
Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ tubuh lainnya.
Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung ( tidak diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin disebabkan oleh
bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya.
Oleh karena itu sudah diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh kepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi
karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Oleh karena itu pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an
terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit
atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak.
Juga, hasil uji coba penelitian ini menunjukan bahwa kalimat-kalimat Al-Qur`an itu sendiri memeliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh
secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya.
Dan perlu untuk disebutkan disini bahwasanya hasil-hasil penelitian yang disebutkan diatas adalah masih terbatas dan dengan responden yang juga terbatas.
Diantara Keajaiban Perintah Sujud, Terhadap Tubuh
Sabtu, 24 Januari 04
Apabila anda sedang mengalami stress, atau tensi anda naik, atau pusing yang berkepanjangan, atau mengalami nervous (salah satu jenis penyakit
penyimpangan perilaku berupa uring-uringan, gelisah, takut, dll). Jika anda takut terkena tumor, maka sujud adalah solusinya....
Dengan sujud akan terlepas segala penyakit nervous dan penyakit kejiwaan lainnya. Inilah salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dr. Muhammad Dhiyaa\'uddin Hamid, dosen jurusan biologi dan ketua departemen radiasi makanan di lembaga penelitian teknologi radiasi.
Sudah lumrah bahwasannya manusia apabila mengalami kelebihan dosis dalam radiasi, dan hidup di lingkungan tegangan listrik atau medan magnet,
maka hal itu akan berdampak kepada badannya, akan bertambah kandungan elektrik di dalam tubuhnya. Oleh karena itu, Dr. Dhiyaa\' mengatakan bahwa
sesungguhnya sujud bisa menghilangkan zat-zat atau pun hal-hal yang menyebabkan sakit.
Pembahasan Seputar Organ Tubuh
Dia adalah salah satu organ tubuh... dan dia membantu manusia dalam merasakan lingkungan sekitar, dan berinteraksi dengan dirinya, dan itulah
tambahan dalam daerah listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh tubuh menyebabkan gangguandan merusak fungsi organ tubuh sehingga akhirnya
mengalami penyakit modern yang disebut dengan \"perasaan sumpeg\", kejang-kejang otot, radang tenggorokan, mudah capek/lelah, stress ...
sampai sering lupa, migrant, dan masalah menjadi semakin parah apabila tanpa ada usaha untuk menghindari penyebab semua ini, yaitu menjauhkan
tubuh kita dari segala peralatan dan tempat-tempat yang demikian.
Solusinya ???
Harus dengan mengikuti sesuatu yang diridhai untuk mengeliminir hal itu semua, ... yaitu dengan bersujud kepada Satu-satunya Dzat yang Maha Esa
sebagaimana
kita sudah diperintah untuk hal itu, dimana sujud itu dimulai dengan menempelkan dahi ke bumi (lantai). Maka di dalam sujud akan mengalir ion-ion
positif yang ada di dalam tubuh ke bumi (sebagai tempat ion-ion negatif). dan seterusnya sempurnalah aktivitas penetralisiran dampak listrik dan magnet.
Lebih khusus lagi ketika sujud dengan menggunakan 7 anggota badan (dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua kaki) maka dalam posisi ini
sangat memudahkan bagi kita menetralisir dampak listrik dan magnet.
Diketahui selama penelitian, agar semakin sempurna proses penetralisiran dampak itu semua, maka sujud harus menghadap ke Makkah
(Masjid Ka\'bah), yaitu aktivitas yang kita lakukan di dalam shalat (qiblat). Sebab Makkah adalah pusat bumi di alam semesta. Dan penelitian semakin
jelas bahwa menghadap ke Makkah ketika sujud adalah tempat yang paling utama untuk menetralisir manusia dari hal-hal yang mengganggu
fikirannya dan membuat rileks.
Subhanallah, ....pengetahuan yang menakjubkan.
Bersin dan Menguap
Sabtu, 28 Februari 04
Rasulullah bersabda:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ta'alaa anhu, Rasulullah bersabda, "Sungguh Allah mencintai orang yang bersin dan membenci orang yang menguap,
maka jika kalian bersin maka pujilah Allah, maka setiap orang yang mendengar pujian itu untuk menjawabnya; adapun menguap, maka itu dari syaitan,
maka lawanlah itu sekuat tenagamu. Dan apabil seseorang menguap dan terdengar bunyi: Aaaa, maka syaitan pun tertawa karenanya". Shahih Bukhari, 6223.
Imam Ibn Hajar berkata, "Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub
dalam hadits itu. Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan tidak tercapainya rasa kenyang.
Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas,
hal ini karena banyaknya makan . Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah, sedangkan menguap menjadikan orang itu malas
(Fath-hul Baari: 10/6077)
Nabi menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut.
Rasulullah bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian bersin, maka ucapkanlah Al-Hamdulillah, dan hendaklah orang yang mendengarnya menjawab dengan Yarhamukallahu,
dan bila dijawab demikian, maka balaslah dengan ucapan Yahdikumullahu wa Yushlihubaalakum (HR. Bukhari, 6224)
Dan para dokter di zaman sekarang mengatakan, "Menguap adalah gejala yang menunjukkan bahwa otak dan tubuh orang tersebut membutuhkan oksigen dan nutrisi;
dan karena organ pernafasan kurang dalam menyuplai oksigen kepada otak dan tubuh. Dan hal ini terjadi ketika kita sedang kantuk atau pusing, lesu,
dan orang yang sedang menghadapi kematian. Dan menguap adalah aktivitas menghirup udara dalam-dalam melalui mulut, dan bukan mulut dengan cara biasa
menarik nafas dalam-dalam !!! Karena mulut bukanlah organ yang disiapkan untuk menyaring udara seperti hidung. Maka, apabila mulut tetap dalam keadaan
terbuka ketika menguap, maka masuk juga berbagai jenis mikroba dan debu, atau kutu bersamaan dengan masuknya udara ke dalam tubuh. Oleh karena itu,
datang petunjuk nabawi yang mulia agar kita melawan "menguap" ini sekuat kemampuan kita, atau pun menutup mulut saat menguap dengan tangan kanan atau
pun dengan punggung tangan kiri.
Bersin adalah lawan dari menguap yaitu keluarnya udara dengan keras, kuat disertai hentakan melalui dua lubang: hidung dan mulut. Maka akan terkuras dari
badan bersamaan dengan bersin ini sejumlah hal seperti debu, haba' (sesuatu yang sangat kecil, di udara, yang hanya terlihat ketika ada sinar matahari),
atau kutu, atau mikroba yang terkadang masuk ke dalam organ pernafasan. Oleh karena itu, secara tabiat, bersin datang dari Yang Maha Rahman (Pengasih),
sebab padanya terdapat manfaat yang besar bagi tubuh. Dan menguap datang dari syaithan sebab ia mendatangkan bahaya bagi tubuh. Dan atas setiap orang
hendaklah memuji Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ketika dia bersin, dan agar meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk ketika
sedang menguap (Lihat Al-Haqa'iq Al-Thabiyah fii Al-Islam: hal 155)
Wafatnya Orang-Orang Baik
oleh : Izzudin Karimi
Di antara tanda kiamat kubro adalah wafatnya orang-orang baik sehingga yang tersisa dimuka bumi hanyalah orang-orang buruk yang tidak beriman,
di atas mereka inilah kiamat terjadi.
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengirim angin dari Yaman yang lebih lembut dari sutera ia tidak membiarkan
seorang pun yang di hatinya terdapat iman sekecil semut hitam kecuali ia mematikannya.” (HR. Muslim)
Dari Abdur Rahman bin Syamasah berkata, Saya berada di sisi Maslamah bin Makhlad dan di situ terdapat Abdullah bin Amru bin al-Ash. Abdullah berkata,
“Kiamat tidak datang kecuali di atas orang-orang yang buruk mereka lebih buruk daripada orang-orang jahiliyah, mereka tidak berdoa meminta sesuatu kepada
Allah kecuali Dia menolaknya.” Lalu datanglah Uqbah bin Amir. Maslamah berkata, “Wahai Uqbah, dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Abdullah.
” Abdullah menjawab, “Dia lebih tahu. Kalau saya maka saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Akan selalu ada sekelompok dari umatku
yang berperang di atas agama Allah, mereka mengalahkan musuh-musuh mereka, mereka tidak dirugikan oleh orang yang menyelisihi mereka sehingga
Kiamat datang dan mereka dalam kondisi demikian.” Abdullah berkata, “Benar, kemudian Allah mengutus angin yang beraroma miski lembut selembut sutera,
ia tidak membiarkan jiwa yang beriman walaupun sekecil semut hitam kecuali ia mengambilnya, kemudian yang tersisa adalah orang-orang yang buruk di atas
merekalah Kiamat terjadi’.” (HR. Muslim)
Diambilnya orang-orang shalih terjadi satu demi satu sehingga yang tersisa adalah ampas, yaitu orang-orang yang buruk dan jahat sebagaimana dalam riwayat
al-Bukhari dari hadits Mirdas al-Asali, salah seorang sahabat yang berpartisipasi dalam Bai’ah ar-Ridhwan di Hudaibiyah, Qais bin Abu Hazim mendengarnya
berkata, “Orang-orang shalih diwafatkan satu persatu, yang tertinggal adalah orang-orang buruk seperti kurma dan gandum yang buruk.
Allah tidak mempedulikan mereka sedikit pun.”
Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda, “Orang-orang shalih pergi satu demi satu, yang tertinggal adalah orang-orang buangan, seperti kurma
dan gandum buangan. Allah tidak menghiraukan mereka sedikit pun.” (HR. al-Bukhari)
Kemudian perkaranya semakin runyam, keadaannya semakin buruk, sehingga dzikrullah ditinggalkan dan dilupakan, dasar tauhid lenyap sama sekali.
Dari Anas bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Kiamat tidak datang di atas orang yang mengucapkan ‘Allah, Allah’.” Dalam riwayat lain, “Sehingga
di bumi tidak ada yang mengucapkan Allah, Allah.” (HR. Muslim dan at-Tirmidzi)
Ketika sampai batas terkikisnya Islam, manusia kembali kepada jahiliyah yang pertama bahkan lebih buruk darinya. Manusia menjadi hamba hawa nafsu,
dipermainkan oleh setan yang memerintahkan kepada mereka untuk menyembah berhala sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Amru bin al-Ash yang diriwayatkan
oleh Muslim, Nabi saw bersabda, “…maka yang tersisa adalah orang-orang buruk, mereka sangatlah cepat kepada kemaksiyatan seperti burung terbang.
Hukumnya seperti hukum rimba. Mereka tidak mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari yang mungkar, lalu setan menjelma kepada mereka dan berkata,
‘Ikutlah kalian’. Mereka bertanya, ‘Apa yang kamu perintahkan?’ Maka setan memerintahkan kepada mereka menyembah berhala…’.” (HR. Muslim)
Orang-orang buruk yang diberitakan oleh Nabi saw itu akan mengalami degradasi moral yang sangat drastis sampai pada derajat kebinatangan.
Di mana mereka berzina secara terang-terangan seperti keledai, laki-laki mendatangi wanita disaksikan oleh khalayak ramai seperti keledai
tanpa ada rasa peduli. Naudzubillah.
Dari Abdullah bin Amru bin al-Ash berkata, Rasulullah saw bersabda, “Kiamat tidak datang sehingga manusia berzina secara terbuka di jalanan seperti
keledai.” Saya berkata, “Apakah hal itu terjadi?” Nabi saw menjawab, “Ya, pasti terjadi.” (HR. Ibnu Hibban, dishahihkan oleh al-Albani dalam
as-Silsilah ash-Shahihah nomor 481)
Dalam hadits an-Nawas bin Sam’an yang panjang tentang Dajjal dan Ya’juj Ma’juj, Rasulullah saw bersabda, “Ketika mereka demikian Allah mengirim angin
yang lembut yang menyusup lewat bawah ketiak mereka, maka ia mengambil nyawa setiap mukmin dan muslim. Dan yang tertinggal adalah manusia-manusia buruk,
mereka berzina secara terbuka seperti keledai, di atas merekalah Kiamat terjadi.” (HR.Muslim)
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, “Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya umat ini tidak fana sehingga seorang laki-laki mendatangi
seorang wanita, lalu menggaulinya di jalanan. Orang terbaik pada saat itu adalah yang berkata, ‘Seandainya aku menggaulinya di belakang tembok ini’.
” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah 481)
Semoga Allah melindungi kita semua dari zaman edan seperti ini. Amin.
Diangkatnya al-Quran
oleh : Izzudin Karimi
Di antara masalah sulit, berat dan berbahaya bagi umat adalah diangkatnya al-Qur’an yang agung dari mushaf dan hafalan, sehingga tidak tersisa satu
ayat pun, tidak di mushaf, tidak pula di dalam hafalan. Hal ini terjadi di akhir zaman sebagai salah satu tanda Kiamat dan sebagai pengantar terjadinya
Kiamat.
Dari Hudzaefah bin al-Yaman berkata, Rasulullah saw bersabda, “Islam akan terkikis seperti terkikisnya motif dari baju, sehingga tidak diketahui apa
itu puasa, shalat, haji dan sedekah. Dan kitabullah akan diangkat dalam semalam sehingga tidak tersisa satu ayat pun darinya. Yang tersisa adalah
beberapa kalangan manusia. Orang lanjut usia berkata, ‘Kami mendapatkan nenek moyang kami di atas kalimat ini La Ilaaha Illallah, maka kami mengucapkannya’.”
Shilah bin Zufar berkata kepada Hudzefah bin al-Yaman, “Apakah La Ilaaha Illallah berguna bagi mereka, sementara mereka tidak mengenal shalat, puasa,
haji dan sedekah?” Hudzefah berpaling darinya. Kemudian Shilah mengulanginya lagi sampai tiga kali, dan Hudzefah juga berpaling tiga kali.
Kemudian setelah kali yang ketiga Hudzefah memandangnya dan berkata, “Wahai Shilah, ia menyelamatkan mereka dari mereka.” Ia diucapkan oleh Hudzefah
tiga kali. (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim, dia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi).
Diangkatnya al-Qur’an yaitu dengan diambilnya al-Qur`an dari hafalan dan mushaf. Adapun yang pertama, maka hal itu terjadi dengan tidak dihafalkannya
al-Qur’an, tidak dipelajari dan tidak direnungkan makna-maknanya serta tidak lagi diamalkan. Karena mengetahui al-Qur’an tanpa amal tidak berguna apa pun,
bahkan merupakan penyebab ia dilupakan, dihapus dari hafalan dan dikufuri, oleh sebab itu Allah swt menekankan segi pengamalan al-Qur’an bahkan Dia
mengkatagorikan sikap tidak mengamalkannya dan orang yang hanya mengamalkan sebagian Al-Qur’an sebagai orang yang kufur terhadap semua Al-Qur’an.
Firman Allah, “Pegang teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya.” (Al-Baqarah: 63). Ayat ini adalah
dalil yang pasti atas orang-orang yang membaca al-Qur’an tetapi mereka tidak mendapatkan bagian apapun kecuali melagukan lafadz-lafadz,
menggoyang-goyangkan kepala dan badan, hati mereka tidak tersentuh sama sekali oleh al-Qur’an, oleh karena itu amal mereka tidak sesuai dengannya,
mereka ini lebih buruk dari mereka yang tidak membaca al-Qur’an.
Nabi saw telah memprediksi munculnya para qari seperti ini di akhir zaman. Mereka membaca al-Qur’an dengan disesuaikan menurut irama lagu-lagu,
mereka membaca al-Qur’an tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka tergesa-gesa dan membacanya seperti dikejar setan dan mereka mengambil
imbalan dunia atas al-Qur`an karena mereka tidak mengharapkan wajhullah dan hari Akhirat.
Di sebagian negara perkaranya sampai pada tingkat di mana para guru al-Qur’an mengajarkan al-Qur’an kepada para qari’ lagu al-Qur’an dengan diiringi
alat musik. Seorang murid tajwid tidak mungkin memperoleh ijazah kecuali dengan cara ini. Naudzubillah.
Ini adalah fenomena yang nyata tidak terbantahkan, ia merupakan salah satu tanda kebenaran kenabian Muhammad saw di mana beliau telah menyatakannya empat
belas abad yang silam, padahal tujuan di turunkannya kitab Ilahi ini adalah agar ia diamalkan setelah sebelumnya dipahami.
Meninggalkan beramal dengan kitabullah berarti meliburkan ibadah di bumi dan kembali kepada kesyirikan yang lebih buruk dari syirik penyelewengan serta
titik awal diangkatnya Al-Qur’an dari mushaf dan hafalan. Wallahul Musta’an.
Ad-Dabbah (Binatang Bumi)
oleh : Izzudin Karimi
Di antara tanda Kiamat kubro –setelah pintu taubat ditutup dengan terbitnya matahari dari barat– adalah keluarnya binatang bumi yang lain dari biasanya,
di mana ia bisa berbicara kepada manusia dan memilah-milah mana mukmin dan mana kafir untuk melengkapi maksud ditutupnya pintu taubat.
Munculnya tanda ini sama dengan tanda-tanda yang lain berdasar kepada al-Qur’an dan sunnah.
Firman Allah, “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka,
bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82).
Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Zur’ah berkata, Ada tiga orang kaum muslimin yang duduk di sisi Marwan bin al-Hakam,
mereka mendengarnya –sementara dia menyinggung tanda-tanda Kiamat– menyatakan bahwa Dajjal adalah tanda pertama yang muncul. Maka Abdullah bin Amru berkata,
“Marwan tidak mengucapkan apa-apa, saya telah menghafal suatu hadits dari Rasulullah saw yang tidak aku lupakan sesudah aku mendengarnya dari beliau,
beliau bersabda, ‘Tanda yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat dan munculnya binatang bumi kepada manusia di waktu Dhuha.
Apa pun dari keduanya mendahului yang lain maka yang lain menyusul tidak lama kemudian’.”
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bersegeralah berbuat baik sebelum datangnya enam perkara: Dajjal, dukhan, binatang bumi,
terbitnya matahari dari barat, Kiamat dan kematian salah seorang dari kalian.” (HR. Muslim)
Dari Hudzaefah bin Usaid Al-Ghifari berkata, Rasulullah saw melewati kami, sementara kami sedang berbincang-bincang. Beliau bertanya,
“Apa yang kalian perbincangkan?” Kami menjawab, “Kiamat.” Beliau bersabda, “Kiamat tidak datang sehingga kalian melihat sepuluh tanda sebelumnya:
dukhan, Dajjal, binatang bumi, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga pembenaman: pembenaman di timur,
pembenaman di barat dan pembenaman di jazirah Arab, dan yang terakhir adalah api yang menggiring manusia ke padang Mahsyar.” (HR. Muslim, Abu Dawud,
dan at-Tirmidzi).
Sifat Binatang Ini
Di antara sifat binatang yang dijadikan oleh Allah sebagai salah satu tanda Kiamat adalah bentuk dan perbuatannya yang lain dari biasanya,
ia bisa berbicara dan berdialog dengan manusia dan dia memberi cap iman atau kufur kepada mereka.
Sebagaimana keterangan yang ada di dalam hadits Abu Umamah bahwa Rasulullah bersabda, “Binatang bumi itu keluar maka ia memberi cap kepada manusia
di wajah mereka. Kemudian jumlah mereka meningkat sehingga seseorang membeli onta dia ditanya, ‘Dari siapa kamu membeli onta itu?’ Dia menjawab,
‘Dari salah seorang yang dicap wajahnya…’.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah nomor 322).
Keterangann lebih dari ini tentang sifat-sifat dan ciri-ciri binatang ini maka ia hanyalah perkakataan orang-orang tertentu yang perlu dibuktikan
dengan hadits yang shahih dari Rasulullah saw, jika tidak maka cukuplah hadits shahih sebagai pemberi keterangan, selebihnya wallahu a'lam.
Binatang apakah ini? Banyak sekali pendapat tentangnya di mana satu sama lainnya saling berselisih. Para pengikut hawa nafsu berusaha membelokkan nash
ke arah yang sesuai dengan akidah dan hawa nafsu mereka, maka ada yang mengatakan bahwa binatang ini adalah Ali bin Abu Thalib, bahwa dia akan kembali
ke dunia dengan sifatnya. Ada yang mengatakan ia adalah ular yang berada di sumur Makkah. Ada yang mengatakan ia adalah Jassasah yang ada di laut Qalzam.
Ada yang mengatakan bahwa ia adalah anak onta Nabi Shalih, ketika induknya dibunuh ia kabur kemudian ada batu yang terbuka lalu dia masuk ke dalamnya,
kemudian ia kembali tertutup maka anak onta ini berada di situ sampai akhirnya ia keluar dalam bentuk binatang ini. Ada yang mengatakan bahwa ia adalah
bibit penyakit. Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat lain tetapi semua itu tidak berdasar kepada sandaran yang shahih bahkan tidak pula dhaif.
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad berkata, “Ayat Al-Qur’an secara jelas mengatakan dengan bahasa Arab bahwa ia adalah “???? ”,
dan artinya jelas dan dikenal dalam bahasa Arab, tidak diperlukan ta’wil. Hadits telah menjelaskan perbuatannya. Dan banyak sekali hadits-hadits baik
yang shahih atau lainnya yang menyatakan datangnya tanda Kiamat ini (binatang bumi) dan bahwa ia keluar di akhir zaman. Dan terdapat atsar-atsar yang
menjelaskan sifatnya tetapi ia tidak dinisbatkan kepada Rasulullah saw sebagai penyampai dari Tuhannya dan penjelas bagi ayat-ayat kitabNya,
maka tidak apa-apa apabila kita meninggalkannya. Silakan melihat –sebagai contoh– Tafsir Ibnu Katsir (6/305-310).
Akan tetapi sebagian orang di zaman ini yang menisbatkan diri mereka kepada Islam, di mana ucapan yang mungkar dan akal yang rusak menguasai mereka,
mereka tidak ingin beriman kepada perkara ghaib, mereka hanya mau beriman kepada sesuatu yang riil yang telah digariskan oleh guru dan teladan mereka
dari kalangan Eropa penyembah berhala, para pengikut madzhab permisif, yang membuang segala agama dan akhlak, mereka ini tidak bisa beriman kepada apa
yang kita imani, mereka juga tidak bisa mengingkari secara jelas maka mereka kehilangan kontrol, kebingungan dan berpura-pura. Selanjutnya mereka
menta’wilkannya, membelokkan ucapan dari makna asli yang sebenarnya berdasarkan bahasa Arab, mereka merubahnya sebagai rumus (teka-teki), hal itu
karena pengingkaran yang bercokol di dalam jiwa mereka.
Lebih dari itu sebagian dari mereka menukil ta’wil dari seorang dari India yang dikenal dari kelompok yang menisbatkan dirinya kepada Islam,
padahal ia adalah musuh utama Islam dan kaki-tangan para penjajah, musuh-musuh Islam. Lihatlah orang-orang seperti ini, dari sumber manakah
mereka berkoar-koar? Dan berpijak kepada apa mereka bertindak? Neraka mana lagi yang mereka masuki? Semua itu karena mereka tidak meyakini
ayat-ayat Allah.”
ALAM BARZAKH
oleh : Izzudin Karimi
Kematian adalah haq, setelah kematian adalah alam barzakh, alam akhirat pertama, ia dikenal pula dengan alam kubur. Apa yang ada di alam barzakh?
Ibnu Taimiyah menjelaskannya dalam al-Aqidah al-Wasithiyah, “Termasuk iman kepada Hari Akhir adalah iman kepada segala apa yang diberitakan oleh Nabi
saw yang terjadi setelah kematian. Ahlus Sunnah wal Jamaah beriman kepada fitnah kubur, azab dan nikmat kubur. Adapun fitnah kubur maka manusia
difitnah dalam kubur mereka, seseorang ditanya, ‘Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Dan siapa nabimu?’ maka, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Orang mukmin menjawab, ‘Tuhanku Allah, Islam agamaku dan Muhammad nabiku.
’ Adapun orang yang bimbang maka dia berkata, ‘Hah, hah, aku tidak tahu aku mendengar orang-orang berkata maka aku mengatakannya.
’ Maka dia dipukul dengan palu besi, dia pun berteriak dengan teriakan yang didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia,
kalau manusia mendengarnya niscaya dia pingsan kemudian setelah fitnah ini adalah nikmat atau azab.”
Dalil fitnah kubur
Firman Allah, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.” (Ibrahim: 27).
Ayat ini ditafsirkan oleh hadits bahwa maksudnya adalah fitnah kubur.
Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Barra’ Ibn Azib dari Nabi saw, beliau bersabda tentang ayat di atas:
“Allah menenguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh,’ ayat ini turun menjelaskan tentang azab kubur,
maka ditanyakan kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ Dia menjawab, ‘Rabb saya adalah Allah dan nabi saya adalah Muhammad saw, maka itulah (makna) firman Allah,
‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’.” (HR. Muslim).
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Asma binti Abu Bakar, Nabi saw bersabda,
“Sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian difitnah dalam kubur kalian seperti atau mirip fitnah Dajjal.”
Apakah fitnah kubur berlaku untuk semua manusia tanpa kecuali.
Ibnu Utsaimin di Syarh al-Wasithiyah menjawab, ada beberapa orang yang bebas dari fitnah kubur.
A. Para nabi. Mereka tidak ditanya karena dua alasan:
1. Para nabi lebih tinggi daripada para syuhada dan Nabi saw telah mengabarkan bahwa syahid dilindungi dari fitnah kubur. Sabda beliau,
“Cukuplah kilatan pedang di atas kepalanya sebagai fitnah.” (HR. an-Nasa`i).
2. Salah satu pertanyaan yang ditujukan kepada mayit adalah siapa nabimu? Pertanyaan ini hanya untuk pengikut Nabi, ia tidak mungkin ditujukan kepada nabi.
Masa nabi ditanya siapa nabimu?
B. Para shiddiqin karena dua alasan:
1. Karena derajat shiddiqin lebih tinggi daripada derajat syuhada, maka mereka lebih layak untuk selamat dari fitnah kubur.
2. Karena Shiddiq telah diketahui shidquhu (kebenaran / kejujurannya), jadi tidak perlu diuji, ujian hanya untuk orang yang diragukan apakah dia shadiq
atau kadzib?
C. Para syuhada karena kebenaran iman mereka telah terbukti dengan jihad dan mereka gugur di dalamnya. Nabi bersabda, “Cukuplah kilatan pedang di atas
kepalanya sebagia fitnah.” Di samping itu jika murabith (orang yang bersiap-siaga / berjaga-jaga) di jalan Allah mati dalam keadaan tersebut dijamin
aman dari fitnah kubur maka syahid lebih layak.
D. Murabith
Di Shahih Muslim Rasulullah bersabda,
“Berjaga-jaga dua puluh empat jam lebih baik daripada puasa dan qiyam lail satu bulan, jika dia mati amal yang dulu dia lakukan tetap mengalir kepadanya,
rizkinya dialirkan kepadanya dan diberi rasa aman dari fitnah kubur (Mungkar dan Nakir).”
E. Anak-anak kecil dan orang-orang gila karena mereka bukan mukallaf.
ALAM BARZAKH 2
oleh : Izzudin Karimi
Setelah kita mengetahui dalil-dalil yang menetapkan fitnah kubur, siapa yang menghadapinya dan siapa yang terbebas darinya maka dalam pembahasan ini
penulis akan menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan fitnah kubur dan bagaimana bentuknya.
Fitnah kubur adalah ujian di alam kubur berupa pertanyaan dua malaikat kepada mayit seperti yang telah dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam al-Aqidah
al-Wasithiyah yang penulis nukil dalam pembahasan sebelumnya.
Dari al-Barra’ bin Azib berkata, kami sedang mengubur jenazah di Baqi’ Gharqad, Nabi saw datang kapada kami, beliau duduk dan kami duduk di sekeliling
beliau seolah-olah kepala kami dihinggapi burung, beliau bersabda,
“Aku berlindung kepada Allah dari azab kubur.” Tiga kali… Nabi saw bersabda, “Maka ruhnya dikembalikan kepada jasadnya, lalu dia didatangi dua malaikat,
keduanya bertanya kepadanya, ’Siapa Tuhanmu?’ Dia menjawab, ‘Tuhanku Allah’. Keduanya bertanya,’Apa agamamu?’ Dia menjawab, ‘Agamaku Islam’.
Keduanya bertanya kepadanya, ‘Siapakah laki-laki ini yang diutus kapadamu?’ Dia menjawab, ‘Dia adalah Rasulullah’. Keduanya bertanya kepadanya,
‘Dari mana kamu tahu?. Dia menjawab, ‘Aku membaca kitab Allah maka aku beriman kepadanya dan membenarkannya’. Lalu seorang penyeru dari langit berseru,
‘HambaKu benar, maka bentangkanlah dari surga dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke surga’. Dia berkata, ‘Maka datanglah kepadanya kenikmatan dan
keharumannya dan dilapangkan untuknya di kuburnya seluas pendangannya.’ Dia berkata, ‘Dia didatangi oleh seorang laki-laki berwajah tampan,
berpakaian bagus dan beraroma wangi, laki-laki itu berkata, ‘Aku sampaikan kepadamu berita gembira yang menggembirakanmu, inilah harimu yang
pernah dijanjikan kepadamu.’ Dia bertanya, ‘Kamu ini siapa? Wajahmu adalah wajah yang hadir membawa kebaikan.’ Dia menjawab, ‘Aku adalah amal shalihmu’.
Dia berkata, ‘Ya Rabbi, datangkanlah Kiamat sehingga aku pulang kepada keluarga dan hartaku’.”
Nabi saw bersabda, “Lalu ruhnya dikembalikan ke jasadnya, dia didatangi dua malaikat lalu mendudukkannya, dua malaikat itu bertanya kepadanya,
‘Siapa Tuhanmu?’ Dia menjawab, ‘Ha..ha. Aku tidak tahu.’ Kedua malaikat itu kembali bertanya, ‘Siapa laki-laki yang diutus kepadamu?’ Dia menjawab,
‘Ha ha, aku tidak tahu.’ Lalu seorang penyeru dari langit berseru, ‘HambaKu berdusta, maka bentangkanlah dari neraka dan bukakanlah untuknya satu
pintu neraka.’ Lalu panas dan aromanya datang kepadanya, kuburnya disempitkan atasnya sehingga tulang-tulang rusuknya bergeser dari tempatnya.
Dia didatangi oleh seorang laki-laki berwajah buruk, berpakaian buruk dan berbau busuk, laki-laki itu berkata, ‘Aku sampaikan kepadamu berita yang
menyedihkanmu, inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.’ Dia bertanya, ‘Kamu siapa? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan keburukan.
’ Laki-laki itu menjawab, ‘Aku adalah amalmu yang jahat.’ Dia berkata, ‘Ya Rabbi jangan datangkan Kiamat.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Dr.
Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki dan Syuaib al-Arnauth).
Setelah fitnah kubur adalah nikmat atau azab kubur, nikmat dan azab ini atas ruh dan jasad mengikuti sebagaimana nikmat dan azab dunia atas jasad dan ruh
mengikuti.
Nikmat dan azab kubur di samping ditetapkan oleh hadits di atas ia juga ditetapkan oleh dalil-dalil yang lain di antaranya adalah firman Allah,
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya
ke dalam azab yang sangat keras’." (Al-Mukmin: 46).
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu,’ di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.”
(Al-An’am: 93).
Adapun dalil nikmat dan azab kubur dari sunnah Nabi saw maka ia mutawatir, di antaranya adalah sabda Nabi saw,
“Rasulullah saw berjalan melewati dua kuburan, maka beliau berkata, ‘Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan tidaklah mereka disiksa karena perkara
besar,’ kemudian beliau bersabda, ‘Benar, adapun yang satu maka ia telah melakukan adu domba, adapun yang lainnya karena dia dia tidak beristitar dari
kencingnya.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Kemudian beliau mengambil batang kayu segar dan dibelah menjadi dua, kemudian menancapkan masing-masing di atas kuburan
tadi kemudian bersabda, ‘Mudah-mudahan keduanya diringankan (azabnya) selama (dua batang kayu tadi) tidak kering’.”.” (HR. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas).
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda,
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab kubur, dari azab neraka, dari fitnah kehidupan dan kematian serta fitnah Dajjal.
” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Apakah nikmat dan azab kubur terus menerus atau terputus?
Jawab:
Untuk orang kafir maka azabnya terus menerus karena mereka berhak atas itu, jika azabnya terputus berarti mereka istirahat padahal mereka tidak berhak
atas itu.
Adapun orang mukmin pelaku dosa di mana Allah menetapkan azab atasnya maka azabnya bisa terus menerus dan bisa pula terputus tergantung dosa dan maaf Allah.
Ada yang bertanya, jasad mayit tercecer di mana-mana (misalnya dia dimangsa binatang buas), bagaimana dia ditanya dan diazab?
Jawab:
Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, ini adalah perkara ghaib, Allah mampu mengumpulkan di alam ghaib walaupun kita melihat jasad mayit
tercerai-berai akan tetapi Allah berkuasa atas segala sesuatu dan alam ghaib tidak mungkin disamakan dengan alam nyata.
Ada yang berkata, mayit dikubur di lubang sempit bagaimana ia dilapangkan sejauh pandangan?
Jawab:
Ini adalah alam gahaib, yang merasakan dan melihatnya adalah yang bersangkutan, kita hidup di alam dunia tidak akan menyaksikan karena perbedaan alam,
kalau Anda ingin melihatnya maka tunggulah sampai Anda mati.
Akhirnya Dia Mati Seperti Keledai
Jumat, 05 Maret 04
Kisah ini terjadi di Universitas 'Ain Syams, fakultas pertanian di Mesir. Sebuah kisah yang amat masyhur dan dieksposs oleh berbagai
media massa setempat dan sudah menjadi buah bibir orang-orang di sana.
Pada tahun 50-an masehi, di sebuah halaman salah satu fakultas di negara Arab (Mesir-red.,), berdiri seorang mahasiswa sembari memegang
jamnya dan membelalakkan mata ke arahnya, lalu berteriak lantang, "Jika memang Allah ada, maka silahkan Dia mencabut nyawa saya satu jam dari sekarang!."
Ini merupakan kejadian yang langka dan disaksikan oleh mayoritas mahasiswa dan dosen di kampus tersebut. Menit demi menitpun berjalan dengan cepat hingga
tibalah menit keenampuluh alias satu jam dari ucapan sang mahasiswa tersebut. Mengetahui belum ada gejala apa-apa dari ucapannya, sang mahasiswa
ini berkacak pinggang, penuh dengan kesombongan dan tantangan sembari berkata kepada rekan-rekannya, "Bagaimana pendapat kalian, bukankah jika memang
Allah ada, sudah pasti Dia mencabut nyawa saya?." Para mahasiswapun pulang ke rumah masing-masing. Diantara mereka ada yang tergoda bisikan syaithan
sehingga beranggapan, "Sesunguhnya Allah hanya menundanya karena hikmah-Nya di balik itu." Akan tetapi ada pula diantara mereka yang menggeleng-gelengkan
kepala dan mengejeknya.
Sementara si mahasiswa yang lancang tadi, pulang ke rumahnya dengan penuh keceriaan, berjalan dengan angkuh seakan dia telah membuktikan dengan
dalil 'aqly yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelumnya bahwa Allah benar tidak ada dan bahwa manusia diciptakan secara serampangan;
tidak mengenal Rabb, tidak ada hari kebangkitan dan hari Hisab.
Dia masuk rumah dan rupanya sang ibu sudah menyiapkan makan siang untuknya sedangkan sang ayah sudah menunggu sembari duduk di hadapan hidangan.
Karenanya, sang anak ini bergegas sebentar ke 'Wastapel' di dapur. Dia berdiri di situ sembari mencuci muka dan tangannya, kemudian mengelapnya
dengan tissue. Tatkala sedang dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terjatuh dan tersungkur di situ, lalu tidak bergerak-gerak lagi untuk selama-lamanya.
Yah…dia benar-benar sudah tidak bernyawa lagi. Ternyata, dari hasil pemeriksaan dokter diketahui bahwa sebab kematiannya hanyalah karena ada air
yang masuk ke telinganya!!.
Mengenai hal ini, Dr.'Abdur Razzaq Nawfal -rahimahullah- berkata, "Allah hanya menghendaki dia mati seperti keledai!."
Sebagaimana diketahui berdasarkan penelitian ilmiah bahwa bila air masuk ke telinga keledai atau kuda, maka seketika ia akan mati?!!!.
Tetap Selamat Walaupun Duakali Dilemparkan Dari Tempat Yang tinggi
Senin, 01 Maret 04
Asy-Syarif Abul Hasan Muhammad bin Umar Al-Alawy bercerita: "Ketika aku diisolir oleh pihak pemerintah di benteng Khast di pinggiran kota Naisabur,
Persia, pemilik benteng tersebut menemani aku dengan cerita-ceritanya. Suatu hari dia bercerita, bahwa benteng ini dulu dimiliki oleh seorang pria
yang sebelumnya adalah penggembala, kemudian dia menjadi ketua sebuah kelompok perampok dan berhasil menguasai benteng ini. Dia menjadikan benteng
ini sebagai markas.
Banyak pencuri yang bergabung dengannya. Dia bersama kelompoknya sering mengincar daerah-daerah pinggiran. Mereka keluar bersama-sama, membajak
harta orang di jalan dan merampas barang milik orang-orang kampung. Mereka membuat kerusakan, ke-mudian kembali ke benteng ini. Tidak ada yang
berani menangkap mereka sampai akhirnya datang Abul Fadl Ibnul 'Amid yang berhasil mengepung mereka beberapa waktu hingga berhasil menaklukkan
benteng ini dan menyerahkannya kepada pemerintah.
Saat di kepung oleh Abul Fadl, mereka tidak tinggal diam, mereka turun dan mengadakan perlawanan. Tetapi Abul Fadl -akhirnya- berhasil menguasai
mereka dalam sebuah pertarungan yang terjadi antara Abul Fadl dan mereka yang berjumlah kurang lebih 50 orang. Abul Fadl ingin membunuh mereka
dengan cara yang dapat membuat takut semua orang yang tinggal di benteng itu. Benteng itu terletak di sebuah gunung yang besar dan berhadapan dengan
sebuah gunung lain tempat Abul Fadl singgah per-tama kali sebelum masuk ke dalamnya.
Abul Fadl membawa semua orang yang berhasil ditawan itu ke puncak gunung tempat benteng itu berada. Kemudi-an melemparkan mereka satu per satu.
Di antara mereka yang dilempar itu ada yang tiba di tanah dalam keadaan terpotong-potong karena berbenturan keras dengan batu-batu gunung yang runcing.
Tak satu pun dari mereka yang selamat. Tetapi anehnya, ada seorang anak muda yang baru tumbuh jenggot dan kumisnya-,
ketika dilemparkan dari atas gunung dia tiba di tanah dalam keadaan selamat. Tidak cidera sedikit pun, sementara tali
yang mengikatnya putus bercerai-berai. Anak muda ini terus bangun ingin menyelamatkan diri.
Abul Fadl beserta kawan-kawannya meneriakkan takbir dan tahlil kala melihat bagaimana anak muda itu bisa sela-mat.
Semua yang tinggal di dalam benteng juga ikut bertahlil.
Abul Fadl jadi penasaran dan murka. Dia memerintahkan agar anak muda itu dibawa lagi ke hadapannya.
Ditangkaplah anak muda itu kembali dan diikat tangannya, kemudian Abul Fadl memerintahkan untuk dilemparkan lagi.
Akan tetapi orang-orang yang bersamanya meminta agar dia diampuni saja. Abul Fadl menolak permintaan itu,
bahkan dia bersumpah agar anak muda itu dilemparkan lagi. Mereka pun diam. Dilemparkanlah anak muda itu, ketika dia tiba di tanah,
ternyata dia bangun, berjalan tanpa ada cidera. Saat itu, gema takbir dan tahlil lebih keras dari yang pertama.
Orang-orang yang hadir saat itu berkata, 'Apa yang kau inginkan setelah ini?' Kemudian mereka memohon agar dia diampuni,
sampai-sampai ada di antara mereka yang menangis. Abul Fadl menjadi malu campur heran. Dia berkata,
'Kalau begitu, bawalah dia ke mari dalam keadaan aman!' Setelah anak muda itu berada di hadapannya,
dia memerintahkan agar tali pengikatnya dilepas dan diberi hadiah baju. Abul Fadl berkata,
'Ceritakanlah dengan jujur tentang rahasiamu bersama Allah sehingga kau bisa diselamatkan seperti ini!'
Anak muda itu menjawab, 'Aku tidak tahu amal apa yang telah menjadikanku berhak mendapatkan ini. Hanya saja, dulu,
saat aku masih muda sekali belum ada bulu yang tumbuh di wajahku aku pernah bersama guruku "Fulan"
yang termasuk korban yang terbunuh hari ini. Pria itu sering membawaku keluar bersamanya. Kami meram-pok orang di jalan,
membunuh, merampas harta orang, mencemari kehormatan wanita, memperkosa mereka dan mengambil semua apa yang kami dapati.
Bila aku tidak menuruti perintahnya, maka dia akan menyiksaku atau mungkin sampai membunuhku.' Abul Fadl bertanya,
'Apakah kamu melalukan puasa dan shalat?' Anak muda itu menjawab, 'Aku tidak tahu apa yang namanya shalat.
Aku tidak pernah puasa dan memang tidak ada satu pun di antara kami yang berpuasa.'
Abul Fadl kaget, 'Hei, kalau begitu, amal apa yang kamu kerjakan hingga Allah bisa menyelamatkanmu? Apakah kamu dulu bersedekah?'
Anak muda itu menjawab, 'Siapakah orang yang mau atau berani mendatangi kami hingga kami bisa bersedekah kepadanya?'
Abul Fadl kembali bertanya, 'Coba pikirkan dan ingat-ingatlah sebuah amal yang kamu kerjakan ikhlas karena Allah, walaupun amal yang kecil.'
Sejenak pemuda itu berfikir, kemudian berkata, 'O ya, dulu, guruku pernah menyerahkan kepadaku -dua tahun yang lalu-seorang pria yang
dia tawan di sebuah
jalan setelah semua barangnya dilucuti dan dibawanya ke dalam benteng ini. Guruku berkata kepadanya, 'Kau boleh mene-bus dirimu dengan
harta yang kau simpan di keluargamu. Kalau tidak, kau akan kubunuh.' Tapi orang itu menjawab, 'Aku tidak mempunyai apapun dari dunia
ini selain apa yang telah kau ambil dariku.'
Berhari-hari orang tersebut disiksa, tetapi tetap tidak mau mengaku. Suatu saat, dia merasakan siksa yang dideritanya begitu kuat,
akhirnya dia bersumpah demi Allah dan dengan sumpah-sumpah berat lainnya untuk meyakinkan bahwa dia tidak mempunyai apa-apa selain yang telah
diambil oleh guruku, dan bahwa di keluarganya dia hanya meninggalkan harta yang cukup untuk kebutuhan sebulan saja sampai dia nanti kem-bali kepada mereka.
Dia juga menjelaskan, bahwa kondisi-nya sekarang telah memungkinkan dia dan keluarganya untuk menerima zakat. Untuk selanjutnya si pria
itu pasrah untuk mati. Setelah guruku yakin bahwa pria itu tidak ber-dusta, dia berkata kepadaku, 'Keluarkan dia dan bawalah ke tempat itu,
lalu sembelihlah dia di sana dan bawa kepala-nya padaku.'
Maka aku pun membawa pria itu turun dari benteng. Ketika dia melihatku menarik-narik tubuhnya, dia berta-nya, 'Kemana kau membawaku? Apa yang kau
inginkan?' Lalu aku jelaskan kepadanya perintah guruku. Mendengar itu, dia menangis sambil memukul-mukul dirinya minta dikasihani. Dia memohon agar
aku tidak melaksanakan perintah itu dengan menyebut-nyebut Asma' Allah Subha-nahu wa Ta'ala. Dia mengatakan, bahwa dia mempunyai putri-putri
yang masih kecil dan tidak ada yang memberikan nafkah pada mereka selain dia. Dia juga meminta agar aku takut kepada Allah, kemudian menjelaskan
pahala bagi orang yang mengeluarkan seorang muslim dari musibah dunia ini... dan akhirnya dia memintaku melepaskannya.
Kemudian Allah menurunkan rahmat ke dalam hatiku. Lalu aku katakan padanya, 'Bila aku tidak kembali kepadanya dengan membawa kepalamu, dia pasti
akan membunuhku dan dia akan mengejar dan membunuhmu juga.'
Dia menjawab, 'Lepaskanlah aku, dan kau jangan lang-sung kembali kepadanya. Berdiamlah dulu beberapa saat, sementara aku akan lari sehingga dia tidak
akan bisa menyusulku. Dan kalaupun dia nanti berhasil menyusulku, kau telah terlepas dari darahku (tidak membunuhku) dan temanmu itu juga tidak akan
membunuhmu serta tetap senang kepadamu. Di sini kau akan mendapatkan pahala, dan Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan balasan orang yang berbuat
kebajikan.'
Saat itu, rasa kasihanku kepadanya bertambah besar, lalu aku bertanya kepadanya, 'Ambilkan batu dan pukulkan ke kepalaku hingga berdarah.
Setelah itu kau lari, semen-tara aku akan duduk di sini sampai aku perkirakan kau telah menempuh perjalan beberapa kilo meter. Setelah itu,
baru aku akan kembali ke benteng.'
Dia menjawab, 'Aku rasa tidak baik bila aku membalasmu untuk pembebasan ini dengan memukul kepalamu sampai berdarah.' Aku berkata,
'Tidak ada cara untuk menyelamatkan kita berdua kecuali begini.'
Akhirnya dia mau melakukan, setelah memukul kepala-ku dia lari dengan cepat. Sementara aku tak beranjak dari tempat dudukku. Setelah aku perkirakan
dia telah berada di jarak beberapa kilo meter, aku kembali kepada guruku dengan kepala bersimbah darah.
Guruku bertanya, 'Apa yang terjadi denganmu, mana kepala orang itu?!' Aku jawab, 'Kau telah menyerahkan syaitan kepadaku, bukan orang. Ketika sampai
di tanah lapang, dia langsung memukulku dan berhasil merobohkan aku di tanah serta menghantamku dengan batu seperti yang kau lihat sendiri.
Kemudian dia lari sementara aku pingsan. Aku tidak bisa beranjak dari tempatku sampai darahku kering dan kekuatanku pulih kembali,
lalu aku datang kepadamu.'
Kemudian guruku mengutus orang-orangnya untuk mengejar, dan keesokan harinya tanpa ada hasil. Dan bila Allah memang akan menyelamatkanku
dengan amal yang pernah aku perbuat, maka barangkali inilah amal itu.'
Setelah mendengar cerita itu, Abul Fadl menjadikan anak muda itu termasuk teman-teman dekatnya.
Kondisinya Persis Seperti Yang Didoakan Terhadapnya
Jumat, 05 Maret 04
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, Sa'id bin Zaid -salah seorang dari sepuluh orang yang diberitakan Rasulullah masuk
surga- mengalami suatu kejadian yang membuat penduduk Yatsrib (Madinah) sejak dulu hingga kini masih memperbincangkan dan mengenangnya.
Yaitu kisah Arwa binti Uwais yang mengklaim bahwa Sa'id bin Zaid telah mencaplok sebagian dari tanahnya.
Ia lantas menyebar-nyebarkan berita kepada setiap orang. Tak berapa lama, perkaranya sampai kepada Marwan bin al-Hakam,
penguasa Madinah kala itu. lalu Marwan mengirim utusan agar mengatakan tentang hal itu kepada Sa'id. Maka,
terbebanilah pikiran shahabat Rasulullah ini sembari berkata,
"Mereka mengira akulah yang menzhaliminya! Padahal aku telah mendengar Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda (artinya),
'Barangsiapa mencaplok sebidang tanah secara zhalim, maka dia akan dihimpit (dikalungkan) dari tujuh lapis bumi pada hari Kiamat.' (HR.Muslim)
Ya Allah, sesungguhnya dia mengklaim bahwa aku telah menzhaliminya. Jika dia berdusta, maka butakanlah penglihatannya dan
lemparkanlah di sumur yang dipermasalahkannya terhadapku serta tampakkanlah cahaya pada tanah yang menjadi hakku sehingga menjelaskan
kepada kaum Muslimin bahwa aku tidak pernah menzhaliminya."
Maka tidak berapa dari itu, meluaplah lembah 'Aqîq yang belum pernah terjadi seperti itu sebelumnya, lalu tersingkaplah batas tanah yang
diperselisihkan keduanya dan tampak pulalah bagi kaum Muslimin bahwa Sa'id berada di pihak yang benar.
Dan tak berapa dari itu pula, lebih kurang sebulan kemudian, Arwa benar-benar menjadi buta. Kemudian tatkala dia sedang berkeliling di tanah
yang diperselisihkannya itu, tiba-tiba dia terjatuh di sumurnya tersebut.
AR-RABI’ BIN KHUTSAIM DAN PANDAI BESI
Senin, 01 Oktober 07
Abu Bakar bin Ma'iz berkata, "Pada suatu hari kami bepergian bersama Abdullah Ibnu Mas’ud dan ar-Rabi’ bin Khutsaim. Ketika kami lewat di
depan pandai besi, Abdullah bin Mas’ud berhenti sejenak untuk memperhatikan lempengan besi yang sedang dipanaskan, ar-Rabi’ juga ikut memperhatikan.
Tiba-tiba ia miring, lemas tubuhnya hendak jatuh.
Kemudian Abdullah meninggalkan tempat itu. Kami mene-ruskan perjalanan sehingga sampai di sebuah tungku perapian milik beberapa pandai besi yang terletak
di tepi sungai Eufrat. Pada saat Abdullah bin Mas’ud mengetahui kobaran api tersebut menyentuh wajah tukang besi seketika ia membaca ayat (artinya),
'Apabila Neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya.' (Al-Furqan: 12). Lagi-lagi ar-Rabi’ kaget,
lalu jatuh tersungkur dan pingsan.
Kemudian Ibnu Mas’ud membawa pulang ar-Rabi’ ke rumahnya, beliau menunggui dan menjaganya hingga waktu Zhuhur tiba, tetapi ar-Rabi’ belum siuman.
Ibnu Mas’ud be-rangkat shalat untuk mengimami shalat Zhuhur. Setelah pulang dari shalat, beliau memanggil-manggil, 'Rabi’, Rabi’'. Ia belum sadar juga.
Maka Ibnu Mas’ud menjaganya hingga waktu Maghrib. Beliau keluar untuk mengimami shalat Maghrib. Lalu menuju kamar ar-Rabi’, ia masih seperti semula,
belum sadarkan diri. Kemudian berangkat untuk mengimami shalat Isya’. Sekem-balinya dari shalat Isya’, ar-Rabi’ belum siuman juga,
maka Ibnu Mas’ud memanggil-manggil lagi, 'Rabi’, Rabi’!' Ar-Rabi’ masih diam juga.
Ar-Rabi’ baru sadarkan diri setelah udara dingin waktu sahur menusuk relung tubuhnya."
'Abdullah bin 'Umar berkata, "Ketika kami masih kecil, kami sering mendengar seseorang berkata kepada yang lainnya,
'Semoga Allah membutakanmu sebagaimana Dia membutakan Arwa'.
Tentunya kejadian seperti itu tidaklah aneh, sebab Rasulullah Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam bersabda (artinya),
"Takutlah doa orang yang teraniaya/dizhalimi, karena sesungguhnya antara doa tersebut dan Allah tidak terdapat penghalang." (HR.Muslim)
Nah, apa lagi bila yang dizhalimi itu Sa'id bin Zaid, salah seorang dari sepuluh orang yang sudah dijamin masuk surga, apa jadinya????.
Tangisan Abu Darda , Cahaya Hikmah Dan Penerang Iman
Kamis, 24 Januari 08
Ia acapkali berkata kepada orang-orang di sekitarnya, "Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang sebaik-baik amal kalian, yang terbaik di sisi Pencipta
kalian, yang lebih meninggikan derajat kalian, dan lebih baik daripada dirham dan dinar?!" Mereka pun segera bertanya kepadanya, "Apakah itu,
wahai Abu Darda'?" Ia menjawab, "Berdzikir kepada Allah... dan sung-guh berdzikir kepada Allah itulah yang terbesar."
Sejak ia masuk Islam dan iman masuk ke dalam hatinya, sedangkan ia bersama Rasulullah SAW, ia belajar dari beliau, dan berjihad bersamanya hingga
kemenangan dari Allah datang. Ia menempati "mihrab hikmah" dan menadzarkan hidupnya untuk menyebarkan hakikat dan keyakinan.
Ia menetapi keimanannya. Ia berbuat sesuai keimanan dalam hal tekad, kesadaran dan keagungan. Hingga ia mencapai tingkat kejujuran yang kuat, tingkatan
orang-orang yang shalih. Ia bermunajat kepada Tuhannya seraya membaca ayat-Nya, "Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidup dan matiku hanyalah
untuk Allah, Rabb semesta alam'." (Al-An'am: 162).
Abu Darda' berkata dalam hadits tentang dirinya, "Aku masuk Islam bersama Nabi a, sedangkan aku seorang pedagang. Aku ingin agar ibadah dan perniagaan
berkumpul padaku, tetapi keduanya tidak bisa berkumpul. Akhirnya, aku tinggalkan perniagaan dan bergiat untuk beribadah. Hari ini aku tidak gembira bila
aku berdagang lantas aku mendapatkan keuntungan 300 dinar setiap harinya. Bahkan seandainya kedaiku berada di pintu masjid. Ketahuilah, sesungguhnya aku
tidak berkata kepada kalian bahwa Allah mengharamkan jual beli, tetapi aku ingin agar aku bersama golongan orang-orang yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah."
Ketika Qubrus ditaklukkan dan harta rampasan perang diangkut ke Madinah, orang-orang melihat Abu Darda' RA menangis. Orang-orang mendekatinya dengan
tercengang untuk bertanya kepadanya, dan yang mengajukan pertanyaan kepadanya ialah Jubair bin Nufair. Ia bertanya kepadanya, "Wahai Abu Darda',
apakah yang membuatmu menangis pada hari di mana Allah memuliakan Islam dan pemeluknya?" Abu Darda' menjawab, "Kasihan kamu, wahai Jubair.
Betapa hinanya manusia, ketika mereka meninggalkan perintahNya. Dulu mereka adalah bangsa yang jaya, memiliki raja. Tapi karena mereka meninggalkan
perintah Allah, maka mereka menjadi seperti yang kamu lihat."
Dari sini ia mengemukakan alasan kekalahan yang demikian cepat yang dialami pasukan kaum muslimin di negeri-negeri yang telah ditaklukkan.
Dari sini sebenarnya ia khawatir jika kaum muslimin mengalami hari-hari seperti itu.
Para sahabatnya menjenguknya pada saat ia sakit, ternyata mereka menjumpainya sedang tidur di atas tempat tidur yang terbuat dari kulit. Mereka berkata,
"Kalau kamu suka, kamu akan mendapatkan tempat tidur yang lebih baik dan lebih nyaman." Ia menjawab, "Negeri kami di sana, untuknya kami mengumpulkan dan
kepadanya kami akan kembali. Kami akan berangkat ke sana, dan kami berbuat untuknya."
Di masa kekhalifahan Imam Syahid Utsman bin Affan RA, Mu'awiyah RA menjabat sebagai gubernur Syam. Sesuai keinginan Khalifah, Abu Darda' RA mau menjabat
sebagai Qadhi Syam pada saat itu adalah sebuah peradaban yang melimpah dengan kesenangan dan kenikmatan hidup. Tapi Abu Darda' RA berdiri dengan kukuh
menghadapi semua orang yang tergoda oleh kesenangan duniawi. Sepertinya penduduk Syam merasa terganggu dengan nasihat-nasihat Abu Darda' yang selalu
menyuruh mereka untuk meninggalkan harta dan kekayaan mereka. Abu Darda' RA mengumpulkan mereka dan berkhutbah di tengah-tengah mereka,
"Wahai penduduk Syam, kalian adalah saudara seagama, tetangga senegeri, dan penolong dalam menghadapi para musuh. Tetapi mengapa aku melihat kalian tidak
punya rasa malu?! Kalian mengumpulkan apa yang tidak kalian makan, membangun apa yang tidak kalian huni, mengharapkan apa yang tidak kalian capai.
Generasi-generasi sebelum kalian mengumpulkan harta yang sangat banyak, berharap sangat tinggi, dan membangun dengan sangat kukuh. Lantas apa yang mereka
kumpulkan itu menjadi sia-sia, harapan mereka hanya tipuan, dan rumah-rumah mereka menjadi kuburan. Mereka adalah kaum 'Ad yang memenuhi antara Adn hingga
Aman dengan harta benda dan anak-anak." Kemudian ia berkata dengan ejekan, "Siapakah yang mau membeli peninggalan kaum 'Ad kepadaku seharga dua dirham?"
Abu Darda' RA memuliakan ulama yang gemar beramal dan ia sangat menghormati mereka. Ia pernah berdoa kepada Tuhannya dengan ucapan,
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kutukan (laknat) hati para ulama kepadaku." Ditanyakan kepadanya, "Bagaimana hati mereka melaknatmu?"
Ia menjawab, "Hati mereka tidak menyukaiku."
Inilah Abu Darda' RA yang zuhud, ahli ibadah dan banyak bertaubat. Dialah orang yang ketika manusia memuji ketakwaannya dan memohon doanya, maka
ia memberi jawaban kepada mereka dengan ketawadhu'an yang kukuh, "Aku tidak bisa berenang dengan baik, dan aku takut tenggelam."
Dengan semua ini, dia mengira tidak bisa berenang dengan baik?! Tetapi adakah yang mengherankan. Engkau adalah didikan Rasulullah SAW, murid al-Qur'an,
putra Islam pertama, serta sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq RA, al-Faruq Umar bin al-Khaththab RA, Imam Syahid Utsman bin Affan RA dan Imam Ali bin Abi Thalib RA.